REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Sejumlah operator wahana permainan air atau watersport di kawasan Tanjung Benoa, Kabupaten Badung, Bali terkena dampak cuaca buruk. Mereka harus memberlakukan buka tutup akibat cuaca buruk yang disertai dengan angin kencang.
"Dampaknya yang kami harus buka-tutup wahana permainan air dengan melihat situasi kondisi cuaca dan kecepatan angin. Tapi kami masih bisa operasional seperti biasa, hanya paling ditutup sementara selama 1-2 jam," ujar Ketua Gabungan Usaha Wisata Tirta (Gahawisri) Badung, Nyoman Wana Putra di Mangupura, Rabu (8/1).
Ia mengatakan kondisi buka tutup wahana wisata bahari tersebut telah berlangsung selama beberapa hari terakhir. Bahkan saat kondisi angin sangat kencang beberapa waktu yang lalu, sempat terjadi penutupan seluruh wahana permainan air selama sekitar enam jam.
Penutupan wahana permainan air tersebut harus dilakukan untuk menjamin keselamatan para wisatawan. Angin yang terlalu kencang sangat berisiko terhadap wisata watersport.
Nyoman Wana mengatakan menghadapi kondisi cuaca tersebut para pengelola dan pengusaha wisata air terpaksa juga harus harus menolak wisatawan yang ingin melakukan wisata bahari. Agar wisatawan tidak kecewa, apabila kondisi cuaca dan angin masih memungkinkan mereka akan diarahkan untuk melakukan sejumlah permainan air yang lebih aman.
Namun, apabila cuaca memang tidak memungkinkan maka untuk permainan yang memiliki risiko tinggi terhadap hembusan angin kencang harus ditutup. Contoh wahana yang tersebut adalah parasailing dan flying fish.
"Kami harus sampaikan bahwa cuaca tidak bisa melawan karena berisiko dan nyawa taruhannya. Mereka kami berikan pengertian dan akhirnya mereka mau untuk membatalkan rencananya atau ada juga yang menunggu kondisi cuaca membaik. Kalau pada waktu itu anginnya sangat kencang jadi mungkin baru bisa main besoknya," kata Nyoman Wana Putra.
Ia menjelaskan saat ini Gahawisri Badung menaungi sekitar 20 operator dan pengusaha wisata watersport di kawasan Tanjung Benoa. "Apabila ada aturan penutupan sementara wahana permainan air akibat dampak dari cuaca buruk, maka hal itu harus dipatuhi oleh seluruh seluruh operator," ujarnya.
Terkait kunjungan wisata bahari di kawasan Tanjung Benoa, Nyoman Wana Putra menjelaskan, pada musim liburan akhir tahun 2019 sempat terjadi kenaikan jumlah wisatawan sekitar 80 persen. "Kalau awal tahun 2020 ini jumlah kunjungan mengalami sedikit penurunan yang menurut kami memang diakibatkan oleh kondisi cuaca," katanya.