Rabu 08 Jan 2020 14:04 WIB

Samsung Prediksi Perbaikan Laba Seiring Penurunan Harga Chip

Prediksi perbaikan laba mendorong kenaikan harga saham Samsung.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Samsung
Foto: EPA
Samsung

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Raksasa elektronik asal Korea Selatan, Samsung Electronics Co Ltd, memprediksi penurunan laba operasional kuartalan akan melambat dari perkiraan para analis. Proyeksi ini menggambarkan harga memori chip yang memasuki masa bottomed out (titik terendah dan akan dilanjutkan dengan perbaikan) serta memperkuat pemulihan dari perlambatan industri.

Proyeksi tesebut disampaikan pada Rabu (8/1) yang segera berdampak pada kenaikan harga saham Samsung 2,2 persen pada perdagangan pagi. Tren itu mengalahkan pasar saham Korea Selatan KS11 0,8 persen. Tapi, kenaikan saham Samsung masih kalah dibandingkan pesaingnya, SK Hynix Inc yang juga naik lebih dari lima persen.

Baca Juga

Dilansir Reuters, Rabu, Samsung berencana melaporkan labanya sepanjang 2019 secara resmi pada akhir bulan ini. Tapi, Samsung memprediksi laba operasional sepanjang kuartal keempat mencapai 7,1 triliun won atau 6,04 miliar dolar AS. Angka tersebut menggambarkan penurunan 34 persen laba operasional pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Sebelumnya, pada kuartal ketiga tahun lalu, laba operasional Samsung tercatat 7,8 triliun won atau 6,7 miliar dolar AS. Laba ini anjlok 56 persen dibandingkan kuartal ketiga 2018 yang mencapai 17,57 triliun won.

Prediksi Samsung lebih tinggi dari perkiraan laba operasional kuartal keempat dari Refinitiv SmartEstimate, 6,5 triliun won. Sementara itu, penghasilan Samsung sepanjang tahun diproyeksi turun 0,5 persen menjadi 59 triliun won dan laba operasional tahunan turun 53 persen menjadi 27,7 triliun won, terendah sejak 2015 dan penurunan paling tajam dalam satu dekade.

Samsung, pembuat memori chip terbesar di dunia, telah mengalami penurunan pendapatan sejak akhir 2018. Penyebabnya, pelemahan ekonomi global yang membuat para pelanggan Samsung harus menahan pesanan untuk menekan pengeluaran. Kondisi tersebut mengakhiri boom industri yang berlangsung dua tahun sebelumnya.

Tapi, pelonggaran yang diharapkan terjadi di tengah perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan  Cina mengangkat optimisme Samsung terhadap perbaikan tingkat permintaan. Khususnya dari pelanggan server dan pembuat smartphone yang telah siap memasuki jaringan 5G. Bulan lalu, saingan chip Samsung asal AS, Micron Technology, memperkirakan industri akan pulih pada 2020.

Analis Cape Investment & Securities, Park Sung-soon, mengatakan bahwa harga chip memori DRAM (dynamic random-acess memory) sudah mencapai titik teendah. Di sisi lain, tingkat persediaan bertahan di level yang lebih rendah. 

"Ini menjadi tanda yang berpotensi mendorong kenaikan harga DRAM pada kuartal kedua," katanya.

Tidak hanya chip memori, penjualan perangkat seluler juga diperkirakan membaik pada kuartal keempat. Sedangkan, bisnis display akan tertinggal, menurut seseorang yang memahami masalah ini.

Analis Tom Kang dari Counterpoint mengatakan, perbaikan tren pengiriman ponsel Samsung pada kuartal keempat dibandingkan tahun lalu dikarenakan penjualan yang menguat di beberpapa kawasan. Sebut saja Amerika Latin, Asia Selatan dan Eropa.

"Sebagian di antaranya karena akses Huawei yang terbatas di luar negeri dan adanya seri baru Samsung, seri A," katanya.

Kang menambahkan, penjualan smartphone premium juga membantu Samsung meningkatkan pendapatan. Samsung diperkirakan akan mengumumkan versi teraru dari smartphone Galaxy S dan ponsel lipat pada 11 Februari mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement