Rabu 08 Jan 2020 18:48 WIB

Saham Aramco Anjlok di Tengah Ketegangan Timur Tengah

Saham Aramco anjlok ke level 34 riyal saat Iran menyerang pangkalan militer AS.

Rep: Dwina Agustin/Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Logo perusahaan minyak Saudi Aramco.
Foto: ngoilgasmena.com
Logo perusahaan minyak Saudi Aramco.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Saham Saudi Aramco dibuka di level 34 riyal dalam pembukaan perdagangan Rabu (8/1) saat serangan Iran ke pangkalan militer AS di Iran. Harga saham itu merupakan level terendah sejak diperdagangkan pada 11 Desember 2019.

Nilai pasar perusahaan jatuh sekitar 1,8 miliar dolar AS dari titik tertingginya pada 12 Desember yang senilai 2,06 triliun dolar AS. Saham Aramco hampir jatuh 12 persen dari harga tertingginya 38,70 riyal yang terjadi pada 12 Desember. Tapi tetap di atas harga IPO yang sebesar 32 riyal untuk nilai perusahaan 1,7 triliun dolar AS.

Baca Juga

Ekonom pasar berkembang dari Capital Economics Jason Tuvey mengatakan saham Aramco jatuh di akhir tahun 2019 karena investor dihantam realitas. Tapi beberapa pekan terakhir ini disebabkan ketegangan geopolitik.

Konflik AS dan Iran juga menarik jatuh saham-saham Teluk. Iran melakukan serangan balasan atas kematian komandan militer Jenderal Qassem Soleimani.

Namun obligasi yang dikeluarkan pemerintah Teluk cukup stabil. Proteksi atas resiko kredit yang dikenal Credit Default Swap (CDS) juga tidak berubah.  

"Pembalasan Iran tampaknya bukan untuk meningkatkan ketegangan, itu mengapa pasar tidak melebar, saya pikir sekali sudah terkonfirmasi, kami mungkin akan melihat pelepasan rally (masa kenaikan harga saham) kecil di kawasan," kata Direktur managemen aset pendapatan tetap Dubai Arqaam Capital Zeina Rizk, Rabu (8/1).

Bonds atau obligasi yang dikeluarkan Arab Saudi hanya sedikit melemah, terutama di kurva imbal hasil. Berdasarkan data dari IHS Markit spreads (premi yang dibayarkan oleh pembeli kepada penjual) CDS konvensional lima tahun terakhir hanya naik 1 poin.

Pada Selasa (7/1), Aramco mengatakan Goldman Sachs mungkin akan menstabilkan saham. Tapi sejauh ini tidak transaksi yang menstabilisasi harga saham sejak saham Aramco mulai diperdagangkan. Periode stabilisasi harga akan berakhir pada Kamis (9/1).

IPO Aramco berhasil meraup dana 25,6 miliar dolar AS yang merupakan rekor tertinggi, dan mengerek nilai pasar mereka menjadi 1,7 triliun dolar AS.  Mengalahkan Alibaba Group yang meraih menarik dana 25 miliar dolar AS pada tahun 2014. Tapi investor asing cukup ragu berinvestasi di Aramco karena khawatir dengan valuasi yang berlebihan.

"Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran salah satu resiko yang orang-orang lihat dengan berkonsentrasi pada operasi di Timur Tengah," kata analis senior di perusahaan managemen aset di Sanford C. Bernstein & Company, Oswald Clint.

Fasilitas Aramco diserang pada bulan September lalu. Serangan tersebut membuat salah satu pabrik pengeolahan minyak yang memproduksi 5,7 juta barel per hari di tutup sementara. Perusahaan keuangan Morningstar mengatakan angka yang tepat untuk valuasi Aramco adalah 1,4 triliyun dolar AS.  

Tidak hanya harga saham Aramco yang turun serangan Iran juga mengakibatkan harga minyak naik. BBC melaporkan harga minyak mentah naik 1,4 persen di harga 69,21 dolar AS dalam perdagangan di Asia.

Aset aman seperti emas dan yen juga naik ketika berita serangan Iran muncul. Di saat yang sama harga saham global turun seperti yang diperkirakan. Benchmark Nikkei 225 turun 1,3 persen. Hang Seng Hong kong turun 0,8 persen.

Serangan itu juga dapat mengganggu pengiriman minyak melalui Selat Hormuz. Sekitar seperlima pasokan minyak di seluruh dunia melewati selat yang menghubungan Teluk dengan Laut Arab.

Selat Hormuz sangat penting bagi ekspotir minyak di kawasan Teluk yakni Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab dan Kuwait. Negara-negara yang perekonomian dibangun oleh produksi minyak dan gas.

Iran juga sangat bergantung pada selat itu ketika dapat mengekspor minyaknya. Seluruh gas Qatar, produsen terbesar liquefied natural gas (LNG) di dunia juga diekspor melalui Selat Hormuz.

Pada Rabu dini hari, Garda Revolusi Iran meluncurkan puluhan rudal ke pangkalan udara Ain al-Asad. Pangkalan tersebut merupakan fasilitas bersama yang dioperasikan oleh pasukan Irak dan AS.

Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan serangan rudal itu adalah tamparan di muka AS dan pasukan AS harus meninggalkan wilayah itu. Dia berpidato di hadapan sekelompok orang Iran yang meneriakkan "Matilah Amerika".

Televisi pemerintah Iran mengatakan, Iran telah menembakkan 15 rudal untuk menyasar fasilitas AS. Militer AS mengatakan, setidaknya dua fasilitas Irak yang menampung personel koalisi yang dipimpin AS ditargetkan sekitar pukul 13.30 waktu Irak.

Juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman mengatakan, pangkalan yang ditargetkan adalah pangkalan udara al-Asad dan fasilitas lain di Erbil, Irak. "Ketika kami mengevaluasi situasi dan respons kami, kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan personel, mitra, dan sekutu AS di kawasan ini," kata Hoffman. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement