REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempersiapkan sejumlah pompa mobile ke kawasan pesisir untuk menghindari banjir karena laut pasang.
"Mulai tadi pagi semua pompa-pompa mobile, kami diarahkan ke pesisir untuk antisipasi potensi air pasang dan hari ini ada potensi air pasang. Kemudian kita antisipasi dengan menyiapkan pompa itu," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di halaman Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (8/1).
Anies juga memerintahkan pengaktifan seluruh posko di tingkat kelurahan untuk mengantisipasi potensi genangan air dan banjir. Sejumlah pihak mulai dari TNI/Polri, petugas kelurahan bersama masyarakat diharap Anies untuk berjaga.
"Jadi ketika ada hujan yang mulai menghasilkan genangan, kita sudah langsung bisa merespon cepat," kata Anies.
Selain itu, Gubernur menjelaskan kondisi bencana banjir yang terjadi di DKI Jakarta masih bisa diatasi sehingga tidak memerlukan peningkatan status tanggap darurat. Jakarta, ujar Anies, tidak memenuhi kriteria untuk tanggap darurat bencana dengan merujuk kepada pedoman penetapan status keadaan darurat bencana.
Anies mengatakan ibu kota memiliki kemampuan memobilisasi SDM untuk penanganan darurat, serta dapat mengaktivasi sistem komando penanganan darurat bencana, dan melakukan penanganan awal seperti penyelamatan dan evakuasi nyawa penduduk yang terancam.
"Jadi tidak punya alasan Jakarta untuk darurat, apalagi secara anggaran ada. Jadi dasarnya apa untuk menetapkan status darurat," kata Anies.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta warga DKI Jakarta untuk mewaspadai banjir rob dan hujan dengan intensitas tinggi yang diprediksi lebih sering terjadi pada malam hari.
BMKG memprediksikan hujan lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek pada 9-12 Januari 2020, namun tidak seekstrem hujan yang terjadi pada tahun baru 1 Januari lalu.