REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pihak pengelola Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung menutup sementara jalur pendakian Gunung Bulusaraung. Penutupan berlaku hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Kebijakan itu ditempuh menyusul kondisi cuaca yang tidak menentu dan hujan terus mengguyur sejak memasuki awal 2020. Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV, Rabu, cuaca ekstrem diprakirakan terjadi hingga sepekan ke depan.
Pengumuman tersebut dikeluarkan oleh Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sebagai pengelola bersama Kelompok Pengelola Ekowisata (KPE) Dentong sebagai kedua pihak yang mengelola pendakian Gunung Bulusaraung. KPE Dentong adalah kumpulan pemuda masyarakat Desa Tompobulu, desa terakhir sebelum puncak.
“Hujan dengan intensistas tinggi berpotensi menyebabkan longsor di beberapa titik jalur pendakian Bulusaraung. Pos 3, 4, dan 5 adalah jalur yang rawan longsor,” pungkas Kepala SPTN Wilayah I Balocci Iqbal Abdai Rasyid.
Iqbal mengatakan, bukan hanya longsor yang mengintai pendaki, bahaya pohon tumbang juga berpotensi besar. Penutupan jalur pendakian ini, karena cuaca yang kurang mendukung dengan angin bertiup cukup kencang beberapa hari terakhir ini di wilayah Sulawesi Selatan secara umum, juga diumumkan di media sosial melalui akun Instagram Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, yakni @tnbabul.
Kepala Balai Taman Nasional Babul Yusak Mangetan mengatakan, pendakian Bulusaraung hanya memiliki satu jalur pintu resmi, yakni melalui Desa Tompobulu, Balocci, Kabupaten Pangkep, Sulsel. Pembelian karcis masuk hanya tersedia di loket yang berada di Pusat Informasi Bulusaraung di desa yang berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut itu.
Untuk sekali bertandang, pendaki cukup merogoh kocek Rp 8.000 per orang. Berkaitan dengan kondisi cuaca saat ini, pihak pengelola berharap agar peminat Bulusaraung dapat menahan diri dan mematuhi pengumuman penutupan demi keselamatan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika