REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga think-tank Amerika Serikat (AS) Pew Research Center menemukan bahwa dunia skeptis dengan kepemimpinan Presiden Donald Trump dalam urusan luar negeri. Survei dilakukan sebelum Presiden Trump memerintahkan serangan udara yang menewaskan komandan militer Iran Qasem Soleimani.
Mayoritas orang di 33 negara yang disurvei tidak menyetujui sejumlah kebijakan Trump. Di antaranya pemberlakuan tarif pada barang-barang impor, menarik diri dari perjanjian perubahan iklim internasional, membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko, dan pembatasan ketat migran. Selain itu, para responden yang disurvei juga sangat menyesalkan keputusan Trump untuk mundur dari perjanjian nuklir dengan Iran.
Survei terhadap 37 ribu orang dilakukan pada 18 Mei 2019 hingga 2 Oktober 2019. Jajak pendapat ini dilakukan melalui wawancara telepon dan tatap muka secara langsung.
Di Eropa Barat, sekitar 75 persen kurang percaya pada Trump. Survei di Eropa Barat dilakukan di Jerman, Swedia, Prancis, Spanyol, dan Belanda. Sebanyak 89 persen survei di Meksiko tidak percaya kepada kebijakan Trump setelah dia menjadikan warga Meksiko sebagai sasaran untuk kebijakan pembangunan tembok dan imigrasi.
Namun tidak sepenuhnya komunitas internasional menolak kebijakan Trump. Mayoritas orang yang disurvei di Israel, Filipina, Kenya, Nigeria, dan India memiliki keyakinan bahwa pengusaha yang menjadi presiden akan memutuskan kebijakan dengan benar di panggung dunia.
Pew melakukan jajak pendapat terhadap lima pemimpin dunia dan Trump mendapatkan hasil yang paling negatif. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping mendapatkan kepercayaan yang rendah. Kanselir Jerman Angela Merkel mendapatkan nilai positif yang paling tertinggi. Sedangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron sedikit mendapatkan respons positif.
Dalam survei Pew sebelumnya, yang dirilis beberapa bulan setelah Trump menjabat pada Januari 2017, kurang dari 30 persen responden menyatakan keyakinannya pada kemampuan presiden untuk melakukan hal yang benar dalam urusan internasional.
Ikuti Whatsapp Channel Republika