Kamis 09 Jan 2020 16:12 WIB

10 Juta Orang Terperangkap Api? Kebakaran Hutan di Australia

Kebakaran diperkirakan telah melepaskan 350 juta metrik ton karbon dioksida.

Red:
.
.

"10 juta orang terperangkap api, ratusan ribu orang telah dievakuasi dari rumah mereka, 24 orang meninggal terbakar, 500 juta binatang mati terbakar."

"8 ribu lebih koala mati terbakar, 5,7 juta hektare terbakar dan akan terus bertambah, 1.500 lebih rumah terbakar, kebakaran diperkirakan telah melepaskan 350 juta metrik ton karbon dioksida. "

Baca Juga

Demikian salah satu postingan yang beredar di media sosial di Indonesia berkenaan dengan kebakaran semak di Australia.

"Beberapa teman di Australia malam ini semua minta didoakan, karena tidak bisa keluar dari sana, api sudah mengepung mereka." lanjut postingan tersebut.

Dengan postingan seperti, saya yang tinggal di Melbourne dalam beberapa hari terakhir mendapat berbagai pertanyaan, baik mengenai kabar pribadi apakah menjadi korban kebakaran hutan, sampai ke pertanyaan apakah situasi secara keseluruhan aman untuk tinggal di Australia saat ini.

Tak hanya itu, seperti halnya di Indonesia, masalah kebakaran hutan dan semaki ini dikaitkan dengan masalah politik. Ada pula yang bertanya ' apa betul melihat berbagai postingan, kesannya pemerintah (Australia) tidak siap antisipasi kebakaran?".

Inilah beberapa penjelasan yang diharapkan dapat membantu mereka yang berada di luar Australia untuk mengetahui situasi kebakaran hutan di sini.

Bagaimana pemerintah Australia menangani kebakaran?

Sebagai negara federal, urusan menangani kebakaran semak ini ditangani oleh pihak berwenang di masing-masing negara bagian.

Kebakaran hutan, dengan sebutan 'bushfires' sudah menjadi bagian dari kehidupan di Australia sehingga setiap tahun pihak berwenang sudah mempersiapkan diri.

 

Sejak beberapa bulan lalu, peramal cuaca dari Biro Meteorologi sudah memperingatkan bahwa musim panas kali ini akan lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya dengan kemungkinan kebakaran akan meningkat.

Kesulitan yang dialami oleh petugas adalah mengantisipasi daerah mana yang akan terkena kebakaran.

Alam memainkan peran utama, seperti suhu udara, kekuatan angin, arah angin, dan curah hujan.

Pihak berwenang di negara bagian dilaporkan sudah meminta kepada pemerintah Federal di bawah pimpinan PM Scott Morrison untuk membeli peralatan tambahan untuk memerangi api, seperti pesawat Hercules yang bisa membawa air lebih banyak.

Namun di tingkat Federal, usulan tersebut belum diterima.

Dari sisi kebijakan, pemerintah Federal juga dituduh belum menerima pendapat bahwa kebakaran hutan yang terjadi di Australia disebabkan karena perubahan iklim yang melanda dunia saat ini.

Itulah sebabnya, banyak warga pada hari Jumat besok (10/01/2020) akan mengadakan unjuk rasa di Melbourne dan kota lain untuk mengecam PM Scott Morrison, yang dianggap tidak menerima pendapat bahwa kebakaran disebabkan karena perubahan iklim.

Para aktivis ini mengatakan bila semua pihak sepakat adanya perubahan iklim, maka antisipasi dan persiapan akan lebih baik untuk menangani kebakaran semak tersebut.

Mengapa kebakaran menimbulkan korban jiwa?

Musim kebakaran hutan dan semak di Australia terjadi di musim panas, dari bulan Desember sampai Februari setiap tahun.

Namun beberapa kalangan mengatakan musim kebakaran belakangan sering datang bih cepat. Di tahun 2019, misalnya kebakaran hutan sudah dimulai sejak bulan September.

Kebakaran besar pekan lalu, yang terjadi menjelang malam tahun baru, dialami negara bagian Victoria dan New South Wales.

Sama seperti juga dengan banjir di Jakarta, bencana yang terjadi di musim liburan, sedikit banyak berpengaruh dalam menanganinya.

Di Australia, Liburan Natal adalah liburan utama setiap tahunnya, karena bersamaan dengan musim panas dan juga musim liburan sekolah.

Selama dua minggu, banyak keluarga dan pegawai akan menggunakan kesempatan untuk berlibur.

Di banyak tempat di berbagai pelosok Australia yang biasanya sepi kemudian dipenuhi mereka yang datang berlibur.

Salah satunya adalah kota kecil Mallacoota, yang terletak sekitar 550 km dari kota Melbourne.

Kota tersebut sehari-hari hanya berisi 1000 penduduk, namun di musim liburan naik menjadi lima sampai enam ribu karena kedatangan turis.

Kota tersebut terletak di tepi pantai dan untuk mencapainya harus melewati kawasan pegunungan yang kemudian terbakar.

Pihak berwenang sudah memerintahkan evakuasi sebelum kebakaran tiba, namun banyak yang tidak bisa meninggalkan daerah tersebut dan harus bertahan di pinggir pantai ketika api melanda

Ribuan orang akhirnya dievakuasi dengan kapal angkatan laut Australia, karena jalan darat di sekitar kota Mallacoota ditutup selama beberapa minggu akibat masih dianggap berbahaya untuk dilewati.

Ini adalah untuk pertama kalinya militer dilibatkan untuk mengevakuasi warga sipil yang menghadapi bencana di Australia.

 

Apa bedanya kebakaran hutan di Indonesia?

Kalau di Indonesia banyak kebakaran hutan lebih disebabkan karena pembukaan lahan, selain untuk memusnahkan tanaman tua sepertikelapa sawit, maka kebakaran disebabkan oleh kesengajaan.

Di Australia, walau ada juga kebakaran yang sengaja dilakukan mereka yang 'iseng' yang disebut sebagai 'arsonist', sebagian besar terjadi karena fenomena alam.

Australia sudah lama diketahui sebagai benua paling kering di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir daerah pedalaman sudah mengalami kekeringan yang parah.

Di beberapa tempat malah hujan sudah tidak turun selama 1-2 tahun.

Suhu dan kecepatan angin juga sangat berpengaruh.

Dengan kombinasi kekeringan, suhu panas yang kadang bisa mencapai 30 sampai 40 derajat Celcius ditambah angin kencang dengan kecepatan 40-50 km per jam, kebakaran mudah terjadi.

Kebakaran alami terjadi karena dalam situasi seperti ini muncul petir. Di Australia setiap harinya di malam hari, terjadi sambaran petir ribuan kali. Ketika petir itu menyambar rumput atau pohon yang kering, maka kebakaran merebak.

Australia juga udaranya sangat kering, lain halnya dengan Indonesia, dimana tingkat kelembaban bisa mencapai 70-90 derajat, yang menyebabkan kita berkeringat ketika suhu panas.

Di Australia, tingkat kelembaban rendah, kadang bisa mencapai 10 persen, artinya udara yang kering tidak berisi uap air yang banyak sehingga mudah terbakar.

 

Amankah mengunjungi Australia?

Lokasi kebakaran semak kebanyakan terjadi di daerah pedalaman Australia, yang memang sangat luas.

Sejauh ini sudah lebih dari 5 juta hektar lahan yang terbakar. Dari sisi jumlah mungkin terlihat besar, namun luas benua Australia adalah 769 juta hektar.

Dibandingkan dengan pulau Kalimantan, Australia 10 kali lebih luas.

Ada banyak kawasan di Australia yang tidak dihuni orang, sehingga saat kebakaran terjadi api akan dibiarkan oleh petugas.

Hanya ketika kebakaran mengancam daerah pemukiman, pihak berwenang akan memberikan peringatan dan memerintahkan evakuasi bila situasi dianggap sangat berbahaya.

Sejauh ini di tahun 2019 sampai sekarang, kebakaran hutan ini belum berdampak atau terjadi di dekat kota-kota besar di Australia seperti Sydney, Melbourne, Brisbane dan yang lain.

Kabut asap dari kebakaran juga sudah mencapai Melbourne, sehingga selama dua hari kualitas udara kota ini berada di tingkat berbahaya atau tidak sehat.

Kota lain, seperti Sydney dan ibukota Australia, Canberra juga diliputi kabut asap selama beberapa waktu.

Sejauh ini, kehidupan di kota-kota besar Australia berjalan normal dengan kualitas kehidupan tidak berubah banyak.

Salah satu kegiatan olahraga terbesar yang akan diselenggarakan adalah turnamen tenis Australia Terbuka yang akan dimulai 20 Januari mendatang.

Sudah ada pendapat kemungkinan turnamen ditunda, bila keadaan memburuk, terutama kemungkinan kabut asap yang mempengaruh penampilan pemain. Namun saat ini turmanen pemanasan di berbagai kota tetap digelar dan tidak mengalami gangguan.

Simak berita-berita lainnya dari ABC Indonesia

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement