Kamis 09 Jan 2020 15:03 WIB

PTPN V Gunakan Teknologi Informasi untuk Tingkatkan Produksi

Penerapan geospasial untuk pengelolaan kebun plasma kelapa sawit.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Buruh kerja memanen kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Buruh kerja memanen kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara V menerapkan digitalisasi untuk meningkatkan produksi kelapa sawit. Langkah itu dilakukan dengan menerapkan pemetaan geospasial untuk pengelolaan kebun plasma kelapa sawit.

Upaya itu dilakukan dengan menggandeng Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekir) serta Pemerintah Provinsi Riau. Adapun, nota kesepahaman ditandatangani langsung oleh Direktur Komersil PTPN V Rurianto dan Ketua Aspekir Riau Sutoyo.

Direktur Utama PTPN V, Jatmiko Santosa mengatakan bahwa sebagai katalis penggerak perekonomian, pengelolaan kebun plasma perusahaan ke depan tidak bisa hanya berfokus kepada peremajaan dan peningkatan produksi. Namun juga melalui peningkatan pemanfaatan teknologi informasi yang terkini dan tepat guna.

"Pengelolaan kebun plasma perusahaan akan dilaksanakan berbasis pemetaan geospasial. Untuk itu kami menggandeng Aspekpir Riau sebagai salah satu wadah yang menaungi koperasi unit desa plasma perusahaan, untuk bekerja sama dalam hal pemetaan yang presisi," ujar Jatmiko dalam siaran pers, Rabu (8/1).

Pemetaan Geospasial adalah metode pemetaan berbasis foto udara. Menggunakan pesawat udara (drone) tanpa awak. Melalui teknologi ini, petani plasma akan mendapat beragam informasi mulai dari luas areal, jumlah pokok yang presisi, peta kontur, peta jalan, peta parit/sungai, bahkan sampai tingkat kesehatan dari tanaman juga bisa diketahui.

Dengan pemetaan yang presisi, kata dia, maka petani dan koperasi unit desa dapat merencanakan kebun sawitnya dengan lebih efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan menjalankan berbagai kegiatan yang bernaung dibawah program BUMN untuk Sawit Rakyat, Jatmiko juga menyampaikan bahwa saat ini koperasi unit desa yang telah bermitra dengan PTPN V dalam usia 30 bulan produktifitasnya sudah mencapai 14 hingga 16 ton TBS per tahun.

"Produktivitas sebanyak itu sudah di atas standar PPKS (nasional) yang 12 ton TBS pertahun. Untuk itu besar harapan kami, kedepannya MoU antara PTPN V dan Aspekpir Riau yang juga mendukung Program Satu Data dari pemerintah ini, dapat terealisasi dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta berdampak pada produktivitas sawit rakyat yang optimal," katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement