REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertengahan tahun lalu, tidak ada yang menyangka Harry Prayogo akan mendapatkan kesempatan besar menjadi pelatih kepala tim yang berlaga di kompetisi Indonesian Basketball League (IBL). Sebab, usianya masih sangat muda, yakni 28 tahun.
Statusnya saat itu adalah asisten pelatih Andika Supriadi Saputra, yang baru dua musim menangani Amartha Hangtuah. Harry juga bukan mantan pebasket profesional Tanah Air. Sehingga, diperkirakan Harry masih akan mendampingi Andika sebagai asisten pelatih Amartha Hangtuah pada IBL musim 2020.
Tapi semua berubah pada pertengahan Oktober 2019. Amartha Hangtuah mengumumkan coach Bedu, sapaan Andika, pergi menuju tim baru Louvre Surabaya yang juga berlaga di IBL 2020. Saat itu lewat tim medianya, manajemen Amartha Hangtuah menyatakan akan segera menggelar rapat untuk menunjuk pelatih baru.
Waktu berjalan, tak ada pengumuman resmi dari pihak klub kepada awak media tentang pelatih baru. Selama itu pula, Amartha Hangtuah ditangani oleh Harry. Di bola basket Jakarta, nama Harry sebenarnya cukup dikenal. Sebab, dia menangani klub divisi, tim sekolah, dan tim media di berbagai kejuaraan. Tapi kemudian dipercaya menangani tim yang berlaga di IBL merupakan 'kemewahan' buat Harry dan agak sukar dipercaya.
Kepercayaan manajemen klub dijawab Harry dengan kerja keras. Harry membawa Amartha Hangtuah menembus final Piala Presiden Bolabasket 2019 pada akhir November. Meskipun kalah dari Satria Muda Pertamina, prestasi Harry menembus final bersama Amartha Hangtuah membuat namanya makin berkibar. Ia pun terus dipercaya mendampingi Amartha Hangtuah hingga kompetisi IBL 2020 bergulir pada Jumat (10/1) ini.
Presiden Amartha Hangtuah Gading Joedo
Rupanya, sejak jauh-jauh hari manajemen Amartha Hangtuah telah memutuskan Harry menjadi pelatih kepala. Presiden Amartha Hangtuah Gading Ramadhan Joedo menyatakan, penunjukan Harry sebagai pelatih kepala sudah dengan pertimbangan matang dan masukan banyak pihak.
"Sebagai asisten pelatih, dia telah berada di tim selama tiga tahun, jadi sudah tahu kondisi tim dan karakter pemain. Sehari-hari, dia juga lebih banyak berkomunikasi dengan para pemain dibandingkan coach Bedu. Para pemain jugalah yang turut mengusulkan kepada manajemen agar tidak menunjuk pelatih baru, namun mempercayakan tim kepada coach Harry," kata Gading kepada Republika.co.id di sela peluncuran tim Amartha Hangtuah di Jakarta, Rabu (8/1).
Manajemen tim menerima masukan tersebut dan memutuskan Harry menjadi pelatih kepala. Keberhasilan menembus final Piala Presiden Bolabasket 2019 menjadi kredit lebih buat Harry di mata manajemen. Ditambah hasil sejumlah laga uji coba menuju IBL 2020 yang relatif cukup baik membuat manajemen semakin tak ragu. "Kami menargetkan masuk final four IBL 2020," kata Gading.
Harry tak bekerja sendirian untuk mencapai tugas berat tersebut. Ia dibantu asisten pelatih asal AS Laron Down Langston, yang selama pramusim fokus membenahi fisik dan kemampuan individu pemain. Saat liga bergulir, Laron akan berada di samping Harry untuk memberikan masukan teknis.
Gading mengatakan, tak ada rencana untuk mengganti Harry dengan Laron di tengah jalan andai hasil pertandingan tak memuaskan. "Harry tetap pelatih kepala dan Laron asisten," kata Gading yakin.
Selain Laron, mantan pemain Amartha Hangtuah Ary Sapto juga direkrut. Ary bertanggung jawab pada aspek non-teknis, menjalin komunikasi dengan pemain di dalam dan luar lapangan.
Harry menyebut persaingan memperebutkan posisi empat besar akan sangat ketat di IBL 2020. Hampir semua tim memiliki peluang lolos ke babak empat besar. Akan tetapi, ia optimistis siap menjawab tantangan manajemen tim untuk lolos ke empat besar.
"Peluang ada pada Satria Muda, Pelita Jaya, Prawira Bandung, dan tentu saja Amartha Hangtuah serta tim lainnya. Semuanya punya peluang. Selain kesiapan pemain lokal, faktor penting ada pada kontribusi pemain asing. Peran pemain asing sangat menentukan," kata Harry.
Tim Amartha Hangtuah untuk IBL 2020 bersama pelatih dan manajemen klub.
Untuk pemain asing Amartha Hangtuah, Harry menilai perkembangannya sudah cukup bagus. Seiring waktu, chemistry pemain asing dengan pemain lokal sudah semakin baik. Untuk mempermudah adaptasi, Harry memberikan video permainan tim kepada para pemain asing untuk dipelajari. Sehingga, tiga rekrutan Amartha Hangtuah dari draft pemain asing IBL lalu bisa paham gaya permainan tim dan peran yang diberikan kepada mereka.
"Kami sudah mendapat dukungan yang luar biasa dari manajemen. Sebelumnya kami sempat latihan di lapangan terbuka, bahkan sempat kesulitan penginapan dan makanan, tapi sekarang semua sudah terpenuhi dari manajemen. Untuk itu, kami semua dari coaching staff dan pemain akan berjuang keras untuk lolos empat besar terlebih dahulu. Setelah itu tercapai, baru bicara final dan gelar juara," kata dia.
Meski belum lama menjabat sebagai pelatih kepala, Harry mengaku kini sudah lebih siap. Apalagi sebelumnya coach Bedu pernah memintanya untuk terus menambah ilmu basket dan kepelatihan. Sebab, katanya menirukan perkataan Bedu, cepat atau lambat, pasti akan datang kesempatan untuk Harry menjadi pelatih kepala.
"Banyak cara saya meng-upgrade kemampuan. Saya selalu bertanya atau sharing dengan pelatih-pelatih lain yang lebih berpengalaman, sering menonton pertandingan atau rekaman pertandingan, evaluasi game, belajar menganalisa statistik, dan banyak lagi," kata dia.
Ia mengakui, pertama memimpin tim dengan posisi sebagai pelatih kepala cukup berat. Biasanya sebagai asisten pelatih, ia mengaku lebih leluasa mengamati dan menganalisa pertandingan untuk memberi masukan kepada pelatih kepala. "Sekarang saya yang menangani semuanya dan bertanggung jawab. Tapi sering waktu saya sudah semakin siap," kata dia tegas.
Pekerjaan Harry semakin mudah karena seluruh pemain mendukungnya. Ia memuji para pemain yang tak neko-neko dan mengikuti seluruh arahannya selama di lapangan. Harry berharap suasana kondusif ini akan membantu misinya membawa Amartha Hangtuah mencapai final four.