REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Abracadabra mulai tayang di bioskop Indonesia pada Kamis (9/1). Film garapan rumah produksi Fourcolours Films ini menghadirkan genre film baru pertama di Indonesia, yakni fantasi.
Mengangkap tema sulap, Abracadabra, akan menambah keberagaman industri film Indonesia dan diharapkan bisa memunculkan ide cerita lain sehingga keberagaman memiliki tempat di hati penikmat film.
"Film ini ketika banyak yang nonton, akan beri keberagaman lagi tehadap film Indonesia,” kata produser Ifa Isfansyah dalam konferensi pers premier film Abracadabra di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (8/1).
Bagi Ifa, salah satu yang menjadi problem film Indonesia adalah mayoritas produksi sinema dilakukan karena kebutuhan pasar. Apakah itu salah? Ifa menggeleng.
Akan tetapi, menurut Ifa, jika semua produksi film hampir sama genrenya, maka tidak akan keberagaman atau terobosan ide baru lainnya. Padahal, bakat sutradara Indonesia sangat beragam. Ia berpendapat, keberagaman genre akan membuat industri film Indonesia umur panjang.
“Walau kami tahu pasarnya mungkin akan sedikit, tapi itulah tantangan produser untuk buat film ini dan yang terlibat tidak kapok. Salah satu hal terberat adalah mencari yang sevisi,” papar Ira yang merupakan Produser Film Terbaik FFI 2019.
Ifa ingin masyarakat percaya dengan film bergenre baru ini. Dia optimistis dan berharap Abracadabra akan sangat diminati masyarakat.
Film Abracadabra sangat berbeda dengan film-film produksi Fuourcolours Films yang lebih banyak mengangkat isu-isu sosial. Ifa sebagai seorang produser ingin memproduksi sinema yang merupakan visi sutradaranya, mulai dari Kucumbu Indah Tubuhku, Arunda dan Lidahnya, dan sekarang Abracadabra. Semua film itu adalah murni ide cerita sutradara.
“Kali ini menjadi sangat berbeda karena visi Faozan Rizal sebagai sutradara cukup berbeda. Dia mempunyai visi kreatif yang menarik dan ini menurut saya menjadi sangat tepat di saat Fourcolours ingin mendukung keberagaman film Indonesia,” tutur Ifa.
Sang pemeran utama, Reza Rahardian yang berperan sebagai Lukman si pesulap, mengaku sudah tertarik dengan naskahnya sejak awal. Dia mengatakan, sempat menerima draf naskah awal pada 2014.
"Saya mengiyakan proyek ini dan sejauh pengamatan saya, belum ada film Indonesia yang seperti ini,” ucap dia dalam kesempatan yang sama.