REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Jaramaya, Kamran Dikrama, Gumanti Alawiyah, Antara
Ukraine International Airlines Boeing 737-800, jatuh tak lama setelah lepas landas pada Rabu (6/1) dari Bandara Teheran, Imam Khomeini. Pesawat itu terbang ke Kiev dan membawa sebagian besar warga Iran dan Iran-Kanada.
Seorang pejabat tinggi keamanan Ukraina pada Kamis (9/1), membeberkan empat teori utama mengapa sebuah pesawat Ukraina jatuh di Iran yang menewaskan 176 orang. Oleksiy Danylov, sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, membuat pernyataannya sebagai laporan awal oleh para penyelidik Iran mengatakan, pesawat itu, Boeing 737-800, telah terbakar sesaat sebelum jatuh.
Lewat tulisannya di Facebok, Kamis, Danylov menungkapkan, Ukraina sedang melihat berbagai kemungkinan penyebab kecelakaan itu, termasuk kemungkinan serangan rudal, tabrakan, ledakan mesin, atau terorisme. Kecelakaan itu terjadi beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap pasukan pimpinan AS di Irak, membuat beberapa orang berspekulasi bahwa pesawat itu mungkin terkena tembakan.
Tetapi, seperti dilaporkan Reuters, penilaian awal oleh badan intelijen Barat (lima sumber keamanan - tiga orang Amerika, satu Eropa dan Kanada), adalah bahwa pesawat itu mengalami kerusakan teknis dan bukan dijatuhkan oleh rudal. Danylov mengatakan, para penyelidik Ukraina di Iran ingin mencari tempat jatuhnya kemungkinan puing-puing rudal Rusia setelah melihat laporan tentang kemungkinan keberadaannya di internet.
Dia merujuk pada gambar yang tidak diverifikasi yang diedarkan di media sosial Iran yang konon menunjukkan puing-puing rudal permukaan-ke-udara Tor-M1 buatan Rusia dari jenis yang digunakan oleh militer Iran.
"Komisi (investigasi) kami sedang berbicara dengan pihak berwenang Iran tentang mengunjungi lokasi kecelakaan dan bertekad untuk mencari potongan-potongan rudal pertahanan udara Tor Rusia mengenai informasi di internet," Danylov secara terpisah mengatakan kepada situs berita Ukraina, Censor.net.
Dia mengatakan, Ukraina akan memanfaatkan keahlian yang dipelajari dari melakukan penyelidikan sendiri dalam penembakan 2014 penerbangan Malaysia Airlines MH-17 atas Ukraina timur. Diketahui, insiden itu telah menewaskan semua 298 orang di dalamnya.
Tamu memberikan penghormatan di depan foto-foto kru pesawat Ukraine Airlines yang jatuh di dekat Teheran, Iran, Rabu (8/1).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meminta semua pihak tak berspekulasi tentang penyebab jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines di Teheran, Iran. Menurutnya, biarkan penyelidikan terkait kejadian tersebut berjalan.
"Tak diragukan lagi, prioritas bagi Ukraina adalah mengidentifikasi penyebab kecelakaan pesawat. Kami pasti akan menemukan kebenaran. Untuk tujuan ini penyelidikan menyeluruh dan independen akan dilakukan sesuai dengan hukum internasional," kata Zelenskiy pada Kamis (9/1).
Dia mengungkapkan, akan terus menjalin koordinasi dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dan bekerja sama menyelidiki insiden tersebut. Adapun, tim penyelidik Iran mengatakan, pesawat tersebut terbakar sesaat sebelum jatuh.
Namun, Pemerintah Iran menegaskan, tidak akan memberikan kotak hitam pesawat Ukraina yang jatuh kepada pembuat pesawat, Boeing. Hal itu disampaikan oleh kepala organisasi penerbangan sipil Teheran Ali Abedzadeh.
Seperti dilaporkan Reuters, Rabu (8/1) Iran tidak memberikan keterangan yang jelas ke mana kotak hitam dari pesawat Ukraine International Airlines Boeing 737 akan dikirim untuk dianalisis. Sejauh ini belum diketahui apakah penyebab jatuhnya Ukraine International Airlines akibat masalah teknis karena kesalahan pemeliharaan, atau ada bagian pesawat yang rusak. Pesawat berusia tiga tahun itu memiliki jadwal perawata pada Senin awal pekan ini.
Kecelakaan ini menempatkan sorotan baru pada Boeing yang mengadapi krisis keselamatan pada tipe pesawat 737, meskipun pesawat tersebut berbeda dengan tipe 737 Max. Investigasi terhadap kecelakaan pesawat terbang sangat kompleks, karena membutuhkan kerja sama dari regulator, pakar, dan perusahaan di beberapa yurisdiksi internasional.
[video] Qasem Soleimani Tewas, Stabilitas Global Terancam