Jumat 10 Jan 2020 02:40 WIB

Trump: Serangan Rudal Iran tak Menimbulkan Korban Jiwa

Trump membalas serangan rudal Iran dengan sanksi ekonomi baru.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Nashih Nashrullah
Foto yang diambil TV Iran (IRIB) memperlihatkan rudal Iran yang ditembakkan ke Pangkalan Ain al-Asad pada Rabu (8/1).
Foto: IRIB/EPA
Foto yang diambil TV Iran (IRIB) memperlihatkan rudal Iran yang ditembakkan ke Pangkalan Ain al-Asad pada Rabu (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Presiden AS Donald Trump akan mengancam tindakan militer terhadap Iran jika itu menargetkan personel dan pangkalan AS, kendati dia tidak mengumumkan tindakan militer apa pun. 

Trump menegaskan serangan Iran tidak menimbulkan korban. "Tidak ada orang Amerika yang terluka dalam serangan semalam oleh rezim Iran. Iran tampaknya mundur, yang merupakan hal yang baik untuk semua pihak yang terkait," katanya dikutip dari BBC.Com, Kamis (9/1).

Baca Juga

Sementara itu, Dewan Perwakilan Rakyat AS diperkirakan akan memberikan suara tentang resolusi yang memaksa Trump menghentikan tindakan militer lebih lanjut terhadap Iran kecuali Kongres memberikan semuanya dengan jelas.

 "Anggota Kongres memiliki keprihatinan serius dan mendesak tentang keputusan pemerintah untuk terlibat dalam permusuhan terhadap Iran dan tentang kurangnya strategi untuk bergerak maju," kata Ketua DPR AS AS, Nancy Pelosi.

Presiden Donald Trump telah mundur dari aksi militer baru terhadap Iran setelah serangan misinya ke pangkalan-pangkalan Irak yang menampung pasukan AS tidak menimbulkan korban, tetapi dia mengatakan kepada Iran, akan memperketat sanksi yang telah melumpuhkan negara mullah tersebut. 

Para pejabat Trump dan Iran berusaha meredakan krisis yang pada Rabu (8/2) mengancam akan memicu konflik terbuka setelah pembunuhan seorang jenderal terkemuka Iran di Irak pada 3 Januari 2020 dalam serangan pesawat tidak berawak diikuti oleh serangan balasan Iran.

Tindakan militer itu, setelah berbulan-bulan ketegangan meningkat sejak Amerika Serikat menarik diri pada 2018 dari fakta nuklir Iran dengan kekuatan dunia telah memicu kekhawatiran global Timur Tengah menuju perang lain.

Namun, kedua belah pihak mundur. Sementara, Arab dan para pemimpin internasional lainnya menyerukan pengekangan.  Di Irak, kelompok-kelompok Muslim Syiah menentang kehadiran A S di Irak, juga berupaya mendinginkan gairah.

“Kenyataannya kami memiliki peralatan dan militer yang hebat ini, tidak berarti kami harus menggunakannya.  Kami tidak ingin menggunakannya, "kata Trump kepada negara itu setelah mengatakan rudal balistik Iran yang ditembakkan pada dini hari Rabu tidak menyebabkan korban dan kerusakan terbatas yang dilansir dari Reuters.com, Kamis (9/1).

Lalu, kata dia, Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Iran, menambah langkah-langkah yang telah memangkas ekspor minyaknya dan melumpuhkan ekonominya.

Komentarnya itu dikeluarkan beberapa jam setelah menteri luar negeri Iran mengatakan serangan rudal Iran “menyimpulkan” tanggapannya terhadap pembunuhan Qassem Soleimani, seorang jenderal kuat yang mendalangi upaya Iran untuk membangun pasukan proxy di luar negeri.

Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei menyebut serangan rudal Iran sebagai "tamparan di wajah" untuk Amerika Serikat dan mengatakan Iran tetap bertekad untuk mengusir pasukan AS keluar dari wilayah itu, kebijakan yang menurut para analis telah dikejar melalui pasukan proxy.

Namun, AS mengatakan memiliki indikasi Teheran mengatakan kepada sekutunya untuk menahan diri dari aksi baru terhadap pasukan AS.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement