Jumat 10 Jan 2020 09:30 WIB

Mayoritas Warga AS Tolak Perang

Mayoritas orang dewasa AS yakin negarnya akan perang lagi dalam waktu dekat.

Demonstran menentang perang di depan Gedung Putih Washington. (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Jacquelyn Martin
Demonstran menentang perang di depan Gedung Putih Washington. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Publik Amerika Serikat (AS) semakin kritis dengan Presiden Donald Trump, terutama soal konflik dengan Iran. Keraguan muncul setelah Trump memerintahkan militer AS membunuh komandan militer Iran Jenderal Qassem Soleimani.

Jajak pendapat yang dirilis Reuters/Ipsos pada Rabu (8/1) menunjukkan mayoritas orang dewasa AS yakin negara mereka akan kembali terlibat perang dalam waktu dekat. Jajak pendapat nasional menemukan 53 persen orang dewasa di AS tidak setuju dengan cara Trump menangani Iran.

Baca Juga

Angkanya meningkat sebesar 9 persen dibandingkan jajak pendapat yang sama pada pertengahan Desember lalu. Jumlah orang dewasa yang “sangat tidak setuju” dengan keputusan Trump di Iran menjadi 39 persen, naik 10 poin dibandingkan jajak pendapat pada Desember.

Perbedaan pendapat sesuai dengan dukungan terhadap partai politik. Kenaikan jumlah orang yang tidak setuju berasal dari Partai Demokrat atau independen. Sementara, tidak ada perubahan untuk pendukung Partai Republik.

Sekitar sembilan dari 10 orang Partai Demokrat dan lima dari 10 orang independen tidak setuju dengan aksi Trump di Iran. Hanya satu dari 10 orang Partai Republik yang menyatakan tidak setuju. Satu dari 10 orang Demokrat, empat dari 10 independen, dan delapan dari 10 Republik setuju cara Trump berurusan dengan Iran.

Survei ini dilakukan pada 6 sampai 7 Januari, tidak lama setelah Trump memerintahkan serangan drone ke Irak yang menewaskan Soleimani dan meningkatkan ketegangan di kawasan. Parlemen Irak sudah meloloskan resolusi yang meminta pasukan AS ditarik dari negara itu.

Trump menyebut, Soleimani berencana untuk menyerang Amerika. Menurutnya, serangan itu menghentikan perang dengan Iran. Trump mengancam akan menyerang situs budaya Iran jika Iran melakukan pembalasan.

Berdasarkan jajak pendapat, popularitas Trump tetap stabil pascaserangan terhadap Soleimani. Sebanyak 41 persen puas dan 54 persen tidak puas dengan performanya sebagai presiden. Warga AS juga semakin khawatir kemungkinan perang dengan Iran semakin tinggi.

Tagar #NoWarWithIran juga sempat menjadi trending topic di Twitter wilayah Amerika Serikat pada Rabu (8/1). Sementara, kalangan oposisi dari Partai Demokrat juga melayangkan kritik atas tindak-tanduk Trump terkait Iran.

"Pada saat ini, hati dan doa saya bersama dengan militer kami dan keluarga mereka di Irak dan seluruh dunia, tapi ini menjadi pengingat mengapa kami harus menurunkan ketegangan di Timur Tengah, rakyat Amerika tidak ingin berperang dengan Iran," kata kandidat calon presiden dari Partai Demokrat Elizabeth Warren.

Kandidat presiden dari Partai Demokrat lainnya, Joe Biden, mengatakan serangan itu sudah dapat diprediksi. Mantan wakil presiden itu menegaskan serangan terhadap pangkalan AS di Irak adalah murni tanggung jawab Trump. n lintar satria/reuters ed: fitriyan zamzami

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement