REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia mengeluarkan proyeksi Prospek Ekonomi Global 2020 pada Rabu (9/1). Laporan tersebut memprediksi perekonomian semua negara masih tetap tumbuh, kecuali Argentina, Iran dan sejumlah negara miskin seperti Haiti.
Ekonomi Argentina diproyeksi kontraksi 1,3 persen sementara Haiti kontraksi 1,4 persen. Pertumbuhan Iran cenderung stagnan di nol persen. Namun diyakini akan berubah seiring dengan sanksi yang diterapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Tak cukup sanksi, Trump mengajak sejumlah rekanan di negara Eropa untuk mendiskusikan langkah agar lebih menekan Iran. Mereka akan bertemu dalam beberapa hari kedepan.
Laporan tahunan Bank Dunia tersebut juga menyebut tidak akan ada resesi dalam sedikitnya dua tahun kedepan. Namun sejumlah tantangan masih akan menghadang di dunia keuangan.
Pertumbuhan ekonomi global pada 2020 diproyeksikan mencapai 2,5 persen, naik dari proyeksi pada 2019 lalu sebesar 2,4 persen. Bank Dunia juga menyebut ekonomi akan tumbuh kedepan, sebesar 2,6 persen pada 2021 dan 2,7 persen pada 2022.
Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat diperkirakan sebesar 1,8 persen pada tahun ini, kemudian turun pada 1,7 persen di 2021. Sementara, angin segar berhembus ke negara-negara emerging market, khususnya Brasil dan Rusia.
Ekonomi diproyeksikan tumbuh lebih baik daripada tahun lalu. PDB Brasil diprediksi naik jadi 4,1 persen pada 2020, dari 3,5 persen pada tahun lalu, dan 4,3 persen pada 2021.
Sementara itu, Bank Dunia memprediksi Cina tumbuh 5,9 persen tahun ini. Tiga tahun selanjutnya, China akan tetap tumbuh di bawah enam persen. Ini karena melemahnya permintaan domestik dan meningkatnya ketegangan perdagangan.
"Ketidakpastian kebijakan perdagangan dan kenaikan tarif yang memberatkan investor jadi sentimen selama 2019, sehingga produksi skala industri tumbuh rendah dalam beberapa tahun terakhir, dan aliran perdagangan terus melemah," kata Bank Dunia dalam laporan.
Selanjutnya, Bank Dunia menyebut negara-negara berkembang yang akan tumbuh lebih rendah diantaranya hanya Polandia dan Pakistan. Sementara negara berkembang lainnya yang tidak masuk indeks emerging market, yang juga akan tumbuh lebih rendah yakni Vietnam.
"Amerika Serikat, Jepang, dan zona ekonomi euro juga akan tumbuh lebih rendah," katanya.