REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Indikasi peningkatan cuaca ekstrem di Jawa Barat, termasuk wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), masih terpantau sepekan ke depan. Masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai potensi bencana alam yang mungkin bisa terjadi.
Hal tersebut berdasarkan informasi yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi, Bogor. Dalam informasi mengenai prospek cuaca di Jawa Barat untuk periode 9 – 15 Januari 2020 itu disebutkan bahwa indikasi peningkatan cuaca ekstrem itu terpantau dari kondisi atmosfer secara umum pada 9 Januari 2020.
Selain itu, kondisi atmosfer juga menunjukkan adanya tekanan udara di wilayah Jawa Barat pada umumnya mencapai 1008 – 1010hPa. Terdapat pula satu siklon tropis di Samudera Hindia selatan NTT dan satu bibit siklon di Laut Arafuru. Hal tersebut membentuk daerah pertumbuhan awan hujan akibat pertemuan dan belokan angin yang melewati wilayah Jawa Barat, menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Jawa Barat.
Selain itu, suhu muka laut umumnya berkisar antara 30 – 31 derajat celcius di wilayah utara Jawa Barat. Hal tersebut menandakan di sekitar wilayah perairan mempunyai temperatur yang hangat, sehingga mampu menambah pasokan uap air yang cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan di wilayah Jawa Barat.
Dengan kondisi tersebut, berbagai daerah di Jawa Barat, termasuk wilayah Ciayumajakuning, berpotensi hujan sedang hingga lebat, dan berpotensi hujan sedang hingga lebat yang disertai angin kencang, petir/kilat. Untuk Ciayumajakuning, wilayah yang diprakirakan berpotensi hujan sedang hingga lebat yang disertai angin kencang, petir/kilat adalah Majalengka pada 10 Januari 2020, Indramayu, Cirebon dan Majalengka pada 11 Januari 2020, Indramayu, Cirebon, Majalengka dan Kuningan pada 12 Januari 2020 serta Cirebon dan Kuningan pada 15 Januari 2020.
Sementara itu, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Devi Ardiansyah, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya informasi tersebut. Dia pun mengimbau masyarakat di Wilayah Ciayumajakuning untuk mewaspadai prospek cuaca tersebut.
‘’Kami mengimbau masyarakat mewaspadai potensi hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang, yang dapat menyebabkan terjadinya genangan air, banjir, longsor, dan pohon tumbang,’’ kata Devi kepada Republika.co.id, Jumat (10/1).
Apalagi, kata Devi, puncak musim hujan untuk Wilayah Ciayumajakunig diprakirakan akan terjadi pada Februari hingga Maret 2020. Pada puncak musim hujan, curah hujan juga akan tinggi.
Sementara itu, hujan deras telah mengakibatkan bencana tanah longsor di Blok Mekarwangi, RT 04 RW 02 Desa Anggrawati, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Kamis (9/1). Longsor terjadi pada tembok penahan tebing (TPT) dan menimpa dapur rumah warga bernama Andi, dan mengancam satu rumah lainnya.
‘’Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu,’’ terang Manajer Pusdalops PB BPBD Kabupaten Majalengka, Indrayanto.
Selain di Majalengka, hujan deras pada Kamis (9/1) juga telah menyebabkan bencana banjir di empat kecamatan di Kabupaten Indramayu yakni, Kecamatan Sukra, Patrol, Anjatan, dan Bongas. Berdasarkan data dari Pusdalops BPBD Kabupaten Indramayu, banjir yang melanda empat kecamatan itu berasal dari luapan Kali Panggang Welut dan Kali Cisetan/Kalen Tengah, setelah hujan deras mengguyur selama beberapa jam.
Di Kecamatan Sukra, banjir terjadi di Blok Kalen Tengah, Desa Sumur Adem. Ada 315 unit rumah yang terendam dengan ketinggian air 50 - 90 cm. Di antara ratusan rumah itu, ada satu unit rumah yang ambruk milik warga bernama Tunidah.
Di Kecamatan Patrol, banjir merendam 620 unit rumah warga di Desa Bugel, dengan ketinggian air 50 - 70 cm. Di Kecamatan Anjatan, banjir merendam enam unit rumah warga di Desa Anjatan. Sedangkan, di Kecamatan Bongas, banjir merendam ratusan hektare sawah di Desa Plawangan.