REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis dan pengamat pasar modal Satrio Utomo menduga PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sengaja melakukan pembelian saham BUMN lapis kedua agar portofolio tetap terlihat bagus oleh auditor. Padahal, menurut Satrio, pembelian saham 'gorengan' tersebut belakang terbukti merugikan perusahaan.
Satrio menjelaskan BUMN merupakan tulang punggung pasar modal di Indonesia pada era 2000-an sehingga pihak mana pun yang memiliki saham perusahaan pelat merah akan terlihat bagus portofolionya. Namun sayangnya, lanjut Satrio, tidak semua saham BUMN merupakan merupakan investasi yang aman dan menguntungkan.
"Membeli saham BUMN hanya supaya kelihatan investasinya bagus bagi auditor, tapi yang justru lebih banyak di BUMN lapis kedua atau saham BUMN 'gorengan' yang belum tentu bagus, dan belakangan terbukti tidak bagus," ujar Satrio dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (10/1).
Satrio berpandangan kebijakan yang dilakukan manajemen Jiwasraya kala itu dengan membeli saham BUMN 'gorengan' bertujuan sekadar akal-akalan kepada auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Satrio menilai para auditor BPK tidak secara detail mengetahui kinerja saham dan hanya sekadar tahu Jiwasraya memiliki saham BUMN.
"Jiwasraya investasi justru di BUMN yang menengah kecil, peminat tidak terlalu banyak dan cenderung lemah. Tidak tepat kalau investasi dalam jumlah besar di sana," kata Satrio.