REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina mengharapkan penyelidikan penuh, pengakuan bersalah, dan kompensasi dari Iran setelah jatuhnya pesawat penumpang Ukraina. Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan meski Iran telah menyatakan bersalah namun itu saja tidak cukup.
"Iran telah mengaku bersalah menabrak pesawat Ukraina. Tapi kita bersikeras pada pengakuan penuh rasa bersalah," ujar Zelenskiy dalam sebuah pernyataan resmi, Sabtu (11/1).
Militer Iran telah mengakui melakukan kekeliruan dengan menembak jatuh sebuah pesawat yang menewaskan 176 orang. Meski begitu, mereka mengaku peristiwa itu terjadi karena human error atau kesalahan manusia yang diakibatkan dari ulah Amerika Serikat (AS) yang membuat ketegangan.
"Kami mengharapkan dari Iran jaminan kesiapan mereka untuk penyelidikan penuh dan terbuka, membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan, mengembalikan jenazah orang mati, pembayaran kompensasi, permintaan maaf resmi melalui saluran diplomatik," kata Zelenskiy menuntut pertanggungjawaban.
Jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines itu menurut Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dikarenakan sikap AS yang membuat ketegangan. "Hari yang menyedihkan. Kesimpulan awal investigasi internal oleh Angkatan Bersenjata: Kesalahan manusia pada saat krisis yang disebabkan oleh sikap gegabah AS menyebabkan bencana," tulisnya di Twitter.
Atas kejadian tersebut, militer Iran akan meminta pihak-pihak yang terkait bertanggung jawab. Mereka akan dirujuk ke Departemen Kehakiman di dalam militer.
Sebelum pertanyaan mengakui menembak pesawat Boeing 737, AS dan Kanada telah menyatakan pesawat itu ditembak jatuh. Namun, klaim tersebut ditolak Iran. Juru bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei menyatakan tudingan itu adalah upaya psikologis dan membantah video yang menunjukan rekaman sebuah rudal menghantam pesawat.
Rabiei mengklaim video yang dipublikasikan itu adalah kebohongan. Dia mengatakan tidak ada yang akan bertanggung jawab untuk masalah jatuhnya pesawat yang diduga terkena rudal tersebut.