REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jawa Tengah, tidak hanya fokus mengembangkan kegiatan kuliah. Para mahasiswa di fakultas ini, juga dilatih untuk memiliki kemampuan memberikan dukungan psikososial bagi para penyintas bencana.
Staf pengajar Fakultas Psikologi UMP, Dr Ugung Dwi Ario Wibowo, menyebutkan para relawan tersebut tergabung dalam Komunitas Psikososial UMP di mana dia menjadi pembinanya. ''Komunitas Psikososial UMP ini sengaja kami bentuk agar saat terjadi bencana, kita bisa langsung memberangkatkan ke lokasi bencana untuk memberikan pendampingan,'' jelasnya.
Menurutnya, para relawan pendamping psikososial UMP, sudah memiliki cukup pengalaman untuk memberikan pendampingan pada penyintas bencana. Tim relawan psikososial UMP, antara lain pernah dikirim untuk respon bencana alam di Banjarnegara, Lombok, Palu, dan Lampung. ''Selain memberikan bantuan logistik, dari UMP juga memberikan pendampingan psikososial berupa trauma healing,'' kata dia.
Trauma healing yang dilakukan, menurut Ugung, diberikan pada anak-anak dan kelompok dewasa hingga lansia. Pada anak-anak, trauma healing dilakukan dengan menggelar kegiatan mendongeng, bercerita, bermain, game dan seterusnya. Sementara untuk kalangan lansia, dilakukan dengan memberikan konsuling.
''Dalam komunitas ini, kita sering melakukan kegiatan latihan ‘dukungan psikologi awal’. Latihan ini sebenarnya tidak harus orang psikologi, namun bisa dilakukan oleh siapa saja yang bersedia menjadi relawan,'' katanya.
Ugung menyebutkan, moto anggota komunitas ini adalah look, listen, and link. Yakni, melihat pada korban bencana seperti apa, kemudian mendengarkan setiap keluhan dan apa yang mereka rasakan, kemudian di link-an dengan orang yang bisa memberikan bantuan.
Ugung menilai perlu adanya upaya trauma healing bagi penyintas bencana, efek bencana yang paling banyak muncul adalah trauma. Bentuk traumanya, ada yang bersifat temporer, namun ada juga yang jangka panjang.
''Bentuk trauma yang dialami penyintas bencana, antara lain berupa kecemasan dan depresi. Bahkan bagi yang penyintas bencana yang kehilangan keluarganya, ada yang masuk ke PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma,'' jelasnya.