REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanganan banjir di Jakarta diklaim semakin baik. Kepala BPBD DKI Jakarta Subejo mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya pemenuhan kebutuhan warga di sejumlah wilayah terdampak banjir. Dia menambahkan, pihaknya sudah menyalurkan bantuan ke 300 titik pengungsian.
“Upaya pemenuhan kebutuhan di 300 titik pengungsian yang ada di Jakarta masih terus dilakukan,” ujar Subejo saat dihubungi wartawan, Ahad (12/1).
Selain itu, Subejo mengatakan, BPBD DKI Jakarta juga melakukan koordinasi dengan beragam stakeholder terkait pemulihan pascabanjir Jakarta dan sekitarnya. Sebagaimana dilansir dari BPBD DKI Jakarta, Bappenas dan BMKG, Ahad (12/1) penanganan banjir 2020 lebih baik dari tahun sebelumnya.
Infografis penanganan banjir Jakarta.
Dia mengatakan banjir pada awal 2020, memiliki curah hujan yang cukup tinggi perharinya yakni 377 milimeter (mm) per hari. Banjir yang terjadi di Jakarta tahun 2020 menyebabkan luas area tergenang 156 kilometer (km) dengan jumlah area tergenang sekitar 390 RW.
Banjir pada 2020 tidak menyebabkan lumpuhnya area strategis, seperti Bundaran HI hingga Jalan MH Thamrin. Berbeda dengan banjir yang terjadi pada tahun 2013 dan 2015. Dengan curah hujan yang lebih rendah dari tahun 2020, yakni sekitar 100 mm dan 277 mm per hari, menyebabkan luas area tergenang 240 km dan 281 km.
Banjir yang terjadi di tahun 2013 dan 2015 juga menyebabkan sekitar 599 dan 702 RW tergenang di Jakarta. Banjir yang terjadi di pada 2013 dan 2015 juga berdampak ke area strategis ibu kota.
Saat banjir tahun ini jumlah lokasi pengungsian berada di 269 titik. Ini berbeda dengan tahun 2013 dan 2015 yang mencapai 1.250 dan 409 lokasi pengunsian. Banjir yang terjadi di tahun 2013 dan 2015 sendiri memakan korban jiwa 40 dan lima orang. Waktu surut banjir di tahun 2020 juga menunjukan hasil positif lantaran hanya perlu memakan waktu selama empat hari. Berbeda dengan banjir yang terjadi di tahun 2013 dan 2015 yang memerlukan waktu selama tujuh hari.