Ahad 12 Jan 2020 23:33 WIB

Legislator: Pangkalan Militer di Natuna Bukan Pamer Kekuatan

Anggota Komisi I DPR mengatakan pembangunan pangkalam militer bukan pamer kekuatan.

Prajurit KRI Usman Harun-359 menarik tros saat akan meninggalkan Faslabuh Lanal Ranai, Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (9/1/2020).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Prajurit KRI Usman Harun-359 menarik tros saat akan meninggalkan Faslabuh Lanal Ranai, Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (9/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR, Willy Aditya mengatakan rencana pembangunan pangkalan militer di Natuna Utara dan kawasan timur Indonesia merupakan kelanjutan dari program pemerataan pembangunan Indonesia. Menurutnya, pembangunan pangkalan militer bukan untuk pamer kekuatan.

"Fokus pembangunan dari kawasan timur dan pulau-pulau terdepan Indonesia sudah menjadi program Presiden Joko Widodo sejak periode pertama," katanya di Jakarta, Ahad (12/1).

Baca Juga

Hal itu, lanjut dia, merupakan evaluasi atas program pembangunan presiden sebelumnya. Termasuk pembangunan kawasan pertahanan Indonesia di Natuna dan Indonesia Timur. "Jadi ini program pembangunan yang tertunda saja," ujarnya.

Politikus Partai NasDem ini menggarisbawahi, pembangunan pangkalan militer di Natuna dan wilayah lainnya bukan karena reaksi atas pelanggaran Tiongkok terhadap ZEE Indonesia. Selain itu, membangun basis-basis pertahanan wilayah adalah upaya untuk menegakkan hukum dan kedaulatan negara.

Dia mengingatkan bahwa salah satu amanat dari pelaksanaan Hukum Laut Internasional PBB aliasUNCLOS 1982 oleh negara pihak adalah juga menjaga deklarasi dan pengakuan kedaulatannya. "Membangun pangkalan militer itu bukan bertujuan pamer kekuatan. Itu amanat menjaga stabilitas perdamaian dunia. Jadi kalau kita tidak membangun pangkalan pertahanan, justru kita telah melanggar amanat," katanya.

Ia berharap rencana pembangunan pangkalan pertahanan yang dilakukan pemerintah tidak dihubungkan dengan perlombaan senjata apalagi upaya ekspansi wilayah. Aditya pun mendukung penuh rencana pemerataan pembangunan pertahanan di seluruh kawasan Indonesia terutama di wilayah yang memerlukan konsentrasi khusus.

"Visi poros maritim yang digagas pada periode pertama Jokowi harus dilanjutkan. Satu persatu kita bangun semua basis pertahanan maritim Indonesia untuk menegakkan hukum dan kedaulatan negara. Infrastrukturnya, ekonomi masyarakatnya, dan tentu kekuatan aparat keamanannya dibangun semua secara komprehensif," katanya.

Ia kembali menegaskan pembangunan wilayah pertahanan juga harus diikuti dengan penguatan sumber daya manusia."Penguatan Badan Keamanan Laut mutlak diperlukan. Insfrastrukturnya kita siapkan termasuk jumlah personilnya," ujarnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement