REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Kantor Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan penangguhan pekerjaan pemerintah dan semua sekolah di Manila sejak Ahad (12/1). Kondisi ini mengingat debu dari muntahan gunung berapi Taal melayang-layang di udara ke beberapa wilayah.
Perintah ini pun mulai diterapkan di beberapa daerah lain yang terkena dampak abu. Duterte pun meminta perusahaan swasta untuk mengikuti instruksi tersebut.
Warga yang dekat dengan gunung berapi Taal harus melakukan evakuasi. Sekitar delapan ribu penduduk pulau gunung berapi dan kota-kota berisiko tinggi lainnya sedang dievakuasi.
Dewan Pengurangan Risiko Bencana Nasional dan Dewan Manajemen mengatakan sekitar enam ribu orang sudah keluar dari zona bahaya pada Ahad malam. Sisanya akan terus dilakukan evakuasi segera mungkin.
Selain penutupan sementara kantor dan sekolah, abu yang melayang pun memaksa pembatalan 172 penerbangan masuk dan keluar dari bandara internasional Filipina pada Ahad. General Manager Ed Monreal mengatakan penerbangan juga akan ditangguhkan pada Senin karena ada abu di landasan.
Taal, salah satu gunung berapi aktif terkecil di dunia, berada di tengah danau sekitar 70 kilometer selatan dari pusat ibu kota Manila. Pihak berwenang mengatakan ada risiko letusan dapat menyebabkan tsunami di danau.
"Taal adalah gunung berapi yang sangat kecil, tetapi gunung berapi yang berbahaya. Ini unik karena merupakan gunung berapi di dalam gunung berapi," Kepala Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) Renato Solidum.
Lembaga ini menaikkan tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh gunung berapi menjadi 4 hingga kemungkinan 5. Artinya, letusan berbahaya dapat terjadi dalam beberapa jam hingga beberapa hari.
Gunung ini pernah meletus lebih dari 30 kali dalam lima abad terakhir. Letusan paling baru terjadi pada 1977, sedangkan letusan besar terjadi pada 1911 menewaskan 1.500 orang.