REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Aceh menyatakan puncak musim kering atau kemarau yang terjadi di provinsi paling barat Indonesia tersebut diperkirakan baru berlangsung pada bulan Maret tahun ini.
"Untuk kondisi di Aceh, saat ini memasuki masa peralihan hingga awal Maret 2020. Setelahnya kita perkirakan puncak kemarau," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Aceh, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Senin (13/1).
Hingga beberapa bulan ke depan cuaca yang berlangsung baik di wilayah timur maupun tengah Aceh masih berpotensi hujan ringan, meski curah hujan, durasi hujan, dan jumlah hari hujan cenderung berkurang.
Suhu udara terpanas diperkirakan berlangsung siang hari sekitar 30-32 derajat celsius, dan malam hari berkisar 22-23 derajat celsius dengan kecepatan angin antara lima hingga 20 kilometer/jam.
Sedangkan sejumlah kabupaten/kota di Aceh terutama wilayah barat-selatan merupakan daerah non-zoom atau tidak mengenal musim yang berbatasan dengan Samudera Hindia.
"Dalam beberapa hari ke depan wilayah barat-selatan, dan sebagian wilayah di antaranya Gayo Lues dan Bener Meriah berpotensi di Landa hujan ringan. Sedangkan yang lain pekan ini cerah berawan," kata dia.
Kondisi wilayah perairan Aceh bakal dilanda gelombang tinggi meliputi Sabang-Banda Aceh, utara-timur Aceh, dan Selat Malaka bagian utara masing-masing 0,5 hingga 1,25 meter.
"Gelombang yang perlu diwaspadai terutama nelayan yang melaut, yakni barat-selatan Aceh sekitar 0,5 sampai 2,5 meter, dan Samudera Hindia barat Aceh 1,25 hingga 2,5 meter," tutur Zakaria.