REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan proyek pembangunan ibu kota baru di Kalimantan kepada seluruh investor global. Tawaran Jokowi ini disampaikan dalam pidato kunci forum Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) di Uni Emirat Arab (UEA), Senin (13/1).
"Di Ibu Kota Negara baru, kami mengundang dunia untuk membawa teknologi terbaik, inovasi terbaik, dan kearifan terbaik," kata Jokowi di hadapan para investor potensial.
Dalam paparannya, Jokowi menyebut bahwa ibu kota baru nanti akan dibangun dengan teknologi mutakhir dan mengandalkan energi ramah lingkungan. Tak tanggung-tanggung, presiden juga mempromosikan bahwa ibu kota di Penajam Paser Utara nanti akan dihuni 6-7 juta penduduk yang terdiri dari 1,4 juta pegawai negeri sipil (PNS) pusat dan keluarganya, serta warga lain yang ikut pindah.
"Kita tidak ingin hanya membangun ibukota administratif dengan skala kecil, tapi kita ingin membangun kota smart metropolis karena populasinya akan tiga kali lipat Paris, 10 kali Washington DC, bahkan akan menyamai populasi New York dan London," ujar Presiden Jokowi.
Pembangunan Ibu Kota Baru menurut Presiden, juga merupakan salah satu solusi pemerataan pembangunan di Indonesia. Jakarta yang menjadi Ibu Kota saat ini memang telah menjadi salah satu kota yang berkontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Namun Presiden menegaskan pembangunan yang merata di seluruh Indonesia harus dikedepankan.
"Di negara yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau, konsep pemerataan pembangunan sangat diperlukan sehingga pembangunan bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Ini yang kami namakan Indonesia sentris," jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed Bin Zayed untuk masuk dalam Dewan Pengarah pemindahan ibu kota negara. Indonesia dan UEA juga menyepakati kerja sama ekonomi dan bisnis dengan nilai investasi sebesar 22,89 miliar dolar AS atau setara Rp 314,9 triliun.