REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menngancam akan membunuh pemimpin kelompok Hizbullah Hassan Nasrallah. Menurutnya, Nasrallah merupakan ancaman bagi negaranya.
“Nasrallah tidak berhenti menyerang (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu atau mengancam Israel,” kata Katz pada Senin, dikutip laman Anadolu Agency.
Israel mengklaim bahwa Nasrallah tinggal di bunker selama bertahun-tahun karena takut dibunuh. “Jika dia (Nasrallah) menentang Israel, itu juga tidak akan membantunya,” ujar Katz mengacu pada tempat persembunyian Nasrallah.
Kendati mengancam ingin membunuh Nasrallah, Israel membantah bahwa mereka terlibat dalam pembunuhan Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Pasca-terbunuhnya Soleimani, Nasrallah berjanji akan melakukan aksi balasan terhadap Israel.
Israel memang dilaporkan membantu Amerika Serikat (AS) dalam membunuh Soleimani. Dalam laporannya pada Ahad (12/1), NBC menyebut CIA menerima informasi intelijen dari dua informan tentang penerbangan malam Soleimani dari Damaskus ke Baghdad. CIA kemudian memverifikasi keterangan tersebut.
Kedua informan itu ternyata memberikan informasi presisi. Soleimani terbang dari Damaskus ke Bandara Internasional Baghdad dengan menggunakan pesawat Airbus A320 Cham Wing.
Agen-agen intelijen AS kemudian dapat menentukan lokasi Soleimani. Washington pun mengerahkan tiga pesawat nirawak atau drone yang dipersenjatai dengan misil Hellfire. Semua pesawat itu terbang di atas wilayah udara yang dikontrol pasukan AS di Irak.
Mereka melacak pergerakan Soleimani di luar bandara. Saat itu Soleimani bersama pemimpin kelompok Kata'ib Hezbullah, Abu Mahdi al-Muhandis, bergerak dengan konvoi kendaraan.
Saat konvoi masih berada di sekitar Bandara Internasional Baghdad, pesawat drone AS menembakkan empat misil Hellfire. Serangan tersebut seketika membunuh semua orang yang berada di dalam mobil.
Semua detail informasi itu diperoleh NBC dari dua sumber yang mengetahui operasi pembunuhan Soleimani. Sementara, New York Time melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemungkinan adalah satu-satunya sekutu AS yang mengetahui rencana pembunuhan Soleimani.