REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Musim penghujan saat ini, volume sampah plastik yang masuk ke perairan Teluk Lampung semakin meningkat. Nelayan payang -- nelayan yang menebar jaring di tengah laut lalu ditarik talinya dari darat beramai-ramai -- yang berada di pesisir menyatakan, sampah-sampah tersebut berasal limbah sampah dari daratan yang terbawa air dan mengalir muara laut.
“Kalau musim hujan sampah dari kali masuk semua ke laut, setelah menumpuk di kali (sungai). Sampah-sampah ini, membuat kami kesulitan mencari ikan,” keluh Erwan (37 tahun), nelayan payang di Sukaraja, Telukbetung, Bandar Lampung, Senin (13/1).
Menurut dia, jumlah sampah yang masuk di perairan Teluk Lampung semakin meningkat volumenya setelah musim kemarau lalu. Sampah-sampah yang dibuang di sungai saat hujan turun mengalir hingga muaranya ke laut.
Ia mengatakan, sampah-sampah yang selama ini ada dan betebaran di laut dan pantai saja belum hilang, sudah bertambah sampah-sampah plastik yang baru saat musim penghujan. Sampah-sampah plastik yang menumpuk tidak pernah dibersihkan lagi, karena semakin hari semakin bertambah.
Warga kampung nelayan Sukaraja tidak dapat berbuat banyak. Mata pencarian sebagai nelayan payang yang menebar jaring di tengah laut lalu ditarik ke darat, selalu menjaring sampah-sampah plastik. Sedangkan ikan yang masuk jaring sangat minim.
“Setiap menebar jaring di tengah laut, sudah dipastikan jaring penuh sampah plastik. Ikan-ikan yang masuk jaring sudah sangat sedikit sekali, ini yang membuat pendapatan kami berkurang,” kata Rahmat, nelayan payang lainnya.
Ia membantah bahwa tudingan sampah-sampah di perairan Teluk Lampung khususnya di sekitaran Sukaraja berasal dari warga yang bermukim di bibir pantai. Sampah-sampah plastik tersebut mayoritas berasal dari limbah rumah tangga dan pabrik di daratan yang dibuang di sungai saat musim kemarau, dan pada musim hujan mengalir ke laut.
Rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung pada pertengahan tahun 2019 akan membuat filter pada saluran sungai yang masuk ke perairan Teluk Lampung, belum terealisasi. “Belum ada saringan di muara laut, air sungai langsung masuk ke laut,” kata Rahmat, yang juga nelayan payang warga Sukaraja yang tergabung dalam Komunitas Nelayan Sukaraja (KNS).
Ketua KNS Bandar Lampung Maryudi menyatakan warga dan nelayan Sukaraja sudah lama mengeluh kepada pemerintah dan warga yang berada di Kota Bandar Lampung terkait banyaknya sampah plastik di Teluk Lampung.
Sampai saat ini, ujar dia, warga kota masih tidak berubah kerap membuat sampah khususnya limbah dalam plastik ke dalam sungai yang tidak ada aliran airnya. Sampah-sampah plastik dalam sungai tersebut, saat musim hujan penuh tersumbat dan terbawa aliran air hingga terbuang ke laut.
Beberapa waktu lalu, Wakil Gubernur Lampung Chusnunia meninjau kondisi wilayah kampung nelayan payang di Sukaraja, pada 12 Juni 2019. Kunjungan itu pun setelah viral berita sampah di Teluk Lampung yang mengganggu nasib nelayan payang. “Kita akan mengkaji apa saja yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita. Jangan sampai keputusan yang diambil nanti membuat nelayan dan masyarakat keberatan,” kata Chusnunia kepada nelayan payang Sukaraja saat itu.
Sedangkan PT Pelindo II Cabang Panjang telah menyediakan satu kapal pengangkut sampah-sampah yang berada di Teluk Lampung. Kapal bernama Telok Betong tersebut bekerja menyisir perairan teluk untuk mengangkut sampah di laut setiap hari.