Selasa 14 Jan 2020 09:02 WIB

Trump Ungkap Alasan Bunuh Mayjen Qassem Soleimani

Namun Pentagon mengatakan pernyataan Trump itu tak didasari bukti spesifik.

Qassem Soleimani
Foto: VOA
Qassem Soleimani

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengaku tidak melihat bukti spesifik dari pejabat intelijen kalau Iran berencana untuk menyerang empat Kedutaan AS, Ahad (12/1). Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menggunakan alasan itu untuk membenarkan keputusan membunuh Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani melalui serangan pesawat nirawak atau drone di Baghdad, Irak, pada 3 Januari.

"Apa yang dikatakan presiden bahwa mungkin ada serangan tambahan terhadap kedutaan, saya berbagi pandangan itu. Presiden tidak mengutip bukti spesifik," kata Esper.

Baca Juga

Esper mengaku setuju dengan Trump bahwa serangan tambahan terhadap Kedutaan Besar AS mungkin dilakukan. Namun, dia mengatakan dalam acara "Face the Nation" di CBS bahwa pernyataan Trump kepada Fox News tidak didasarkan pada bukti spesifik masalah rencana serangan terhadap empat kedutaan besar.

Ketika ditekan apakah petugas intelijen menawarkan bukti konkret tentang hal itu, dia berkata, "Saya tidak melihat satu hal pun mengenai empat kedutaan tersebut."

Trump dan pejabat adminsitrasinya dengan tegas menyatakan pembunuhan Soleimani melalui serangan udara AS di Baghdad karena memperhitungkan risiko serangan yang akan datang. Iran diklaim akan melakukan serangan terhadap para diplomat dan anggota layanan AS di Irak maupun di seluruh wilayah.

Esper mengatakan dalam wawancara terpisah di CNN "State of the Union" bahwa pemerintah memiliki kecerdasan yang sangat baik. Hal ini pun digunakan dalam mempertimbangkan serangan yang lebih luas, termasuk terhadap beberapa kedutaan.

Namun, informasi tersebut hanya dibagikan kepada Gang of Eight. Istilah itu digunakan untuk merujuk kepada sekelompok pemimpin tertinggi di Kongres yang mendapat pengarahan tentang informasi sensitif yang tidak dapat diakses oleh anggota Kongres lainnya.

Demokrat dan beberapa Republikan di Kongres telah mempertanyakan pembenaran serangan itu. Mereka belum diberi penjelasan yang memadai dan terperinci atas keputusan yang membuat gejolak baru di Timur Tengah.

Ketua Komite Intelijen House of Representatives dan anggota Gang of Eight, Adam Schiff, mengatakan, kelompok itu tidak diberi tahu tentang kemungkinan serangan pada empat kedutaan besar. "Tidak ada diskusi dalam pertemuan Gang of Eight bahwa ada empat kedutaan yang menjadi sasaran. Kami memiliki kecerdasan luar biasa yang menunjukkan ini adalah target spesifik," katanya, Ahad.

Senator Republik Mike Lee menyatakan kekhawatiran tentang integritas informasi yang diberikan presiden dan pengawas keamanan kepada Kongres tentang Iran. Dia mengaku anggota Kongres hanya diberi pengarahan yang bersifat sangat umum.

"Saya percaya arahan dan presiden percaya bahwa mereka memiliki dasar untuk menyimpulkan ada serangan yang akan terjadi. Saya tidak meragukannya. Sangat frustrasi untuk diberi tahu itu dan tidak mendapatkan detail di baliknya," ujar Lee.

Iran akan bertanggung jawab

Iran telah memberikan akses kepada pejabat Kanada untuk ikut terlibat dalam penyelidikan jatuhnya pesawat Ukraina International Airlines yang ditembak Iran. Kecelakaan ini telah menewaskan 57 warga negara Kanada dari 176 orang yang tewas dalam pesawat.

Menteri Luar Negeri Kanada Francois-Philippe Champagne mengatakan, Iran telah mengeluarkan delapan visa bagi tim pejabat Kanada. Tiga pejabat dari tim cepat tanggap telah terbang ke Iran pada akhir pekan lalu untuk mendirikan markas operasi.

Sementara itu, delapan lainnya melakukan perjalanan pada Senin (13/1). Tim yang dikirim termasuk pejabat konsuler dan anggota Dewan Keselamatan Transportasi Kanada. "Kami berharap (tim) sepenuhnya siap untuk melakukan pekerjaan penting mereka pada 14 Januari," ujar Champagne dalam cicitannya di Twitter.

Pesawat yang tertembak jatuh ini akan melakukan perjalanan menuju Kyiv, Ukraina. Ukraina International Airlines jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini di Teheran pada Rabu (8/1).

Sementara itu, Panglima Tertinggi Garda Revolusi Iran Hossein Salami berjanji akan menebus kesalahan pasukannya yang telah menembak Ukraina International Airlines. Dia berharap menjadi salah satu dari 176 korban yang meninggal sebagai bentuk rasa penyesalan.

"Saya bersumpah kepada Tuhan yang Mahakuasa bahwa saya berharap berada di pesawat itu dan jatuh bersama mereka dan ikut terbakar, tetapi belum mengalami insiden tragis ini," kata Salami kepada anggota parlemen Iran, yang dikutip Aljazirah.

Salami mengatakan, rudal tidak bertujuan untuk membunuh pasukan AS. "Tujuan kami bukan benar-benar untuk membunuh tentara musuh. Itu tidak penting," katanya merujuk pada operasi rudal Rabu lalu yang diluncurkan untuk membalas pembunuhan AS terhadap Soleimani. n dwina agustin/rizky jaramaya/reuters, ed: yeyen rostiyani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement