Selasa 14 Jan 2020 14:26 WIB

Kala Gus Dur dan Budayawan Senior Bela Palestina pada 1982

Gus Dur konsisten membela Palestina jauh sebelum era reformasi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah warga menggelar acara peringatan 1.000 hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di DPP PKB, Jakarta, Rabu (26/9).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Sejumlah warga menggelar acara peringatan 1.000 hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di DPP PKB, Jakarta, Rabu (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Kebudayaan bukan hanya dilihat sebagai kesenian saja, kebudayaan pada dasarnya juga bisa menjadi perlawanan atau resistensi. 

Karena itu, pada saat Gus Dur menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Gus Dur pernah menyelenggarakan acara “Malam Solidaritas untuk Palestina” pada 1982.

Baca Juga

Dalam buku berjudul “Gus Dur dalam obrolan Gus Mus” karya KH Husein Muhammad diceritakan, saat itu Gus Mus alias KH Ahmad Musthofa Bisri diminta Gus Dur untuk membaca puisi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

“Saat itu Gus Dur menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), yang kemudian dikritik dan disindir para kiai di mana-mana. Suatu hari, dalam acara rapat pengurus DKJ, Gus Dur melontarkan gagasan menyelenggarakan acara Malam Solidaritas untuk Palestina,” kata Gus Mus dikutip dari buku tersebut.

Gus Mus menceritakan, Rakyat Paletina saat itu sedang berjuang mati-matian untuk merebut kembali tanah airnya yang dicaplok Israel. Mereka adalah bangsa yang tertindas dan terusir dari tempat kelahirannya.

Lalu, Gus Dur mengusulkan agar acara “Malam Solidaritas untuk Palestina” itu diisi dengan pembacaan puisi-pusi karya penyair Palestina. Beberapa di antaranya adalah Nizar Qabbani, Mahmud Darwisy, dan lain-lain.

Banyak penyair terkemuka yang ikut ambil bagian dalam acara itu, seperti Taufik Ismail, Subagyo Sastrowardoyo, WS Rendra, hingga D Zawawi Imron. Sayang, penyair-penyair itu tidak ada satu pun yang bisa membacakan puisi dalam bahasa Arab.

Tak kehilangan akal, Gus Dur pun menelpon Gus Mus untuk membacakan puisi penyair Palestina di aara tersebut dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagai penyair pemula, Gus Mus pun merasa grogi. 

Namun, penampilan Gus Mus dalam acara itu pun mendapatkan apresiasi. Sejak itulah Gus Mus semakin banyak melahirkan karya-karya puisi yang berisi kritikan.

Saat menjadi ketua DKJ, Gus Dur juga sempat mendapatkan kritikan dari para kiai NU. Namun, seperti biasanya Gus dur tak peduli. 

Dia tetap memilih untuk menggerakkan para sastrawan untuk menyuarakan kebenaran dan memberikan ruang ekspresi kepada mereka melalui acara Malam Solidaritas Palestina itu. 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement