REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lintar Satria, Antara
Jatuhnya pesawat Ukraina ternyata merupakan buntut dari konflik antara Amerika dan Iran. Pesawat Ukraine Airlines jatuh setelah ditembak oleh misil Iran.
Peradilan Iran mengatakan sudah ada penangkapan yang dilakukan atas penembakan pesawat Ukraina yang menewaskan 176 orang pekan lalu. Pengumuman ini dilakukan di tengah gelombang kemarahan dan protes rakyat Iran atas penembakan tersebut.
Awalnya Iran membantah tuduhan pesawat itu tidak sengaja ditembak jatuh. Mereka baru mengakuinya pada Sabtu (11/1) lalu. Tiga hari setelah peristiwa terjadi dan dihadapkan oleh bukti-bukti tak terelakkan. Garda Revolusi Iran tidak sengaja menembak jatuh pesawat tersebut.
"Penyelidikan intensif sudah dilakukan dan beberapa orang ditahan,"kata juru bicara peradilan Iran Gholamhossein Esmaili seperti dikutip media milik pemerintah Iran, Selasa (14/1).
Presiden Iran Hassan Rouhani menyerukan pengadilan khusus untuk menyelidiki kejadian itu. Sebagian besar korban penumpang pesawat Ukraina adalah warga Iran dan Iran-Kanada.
"Peradilan harus membentuk pengadilan khusus dengan hakim tinggi dan puluhan pakar, ini bukan kasus biasa, seluruh dunia akan menyaksikan pengadilan ini," kata Rouhani dalam pidatonya yang disiarkan televisi Iran.
Rouhani menyebut penembakan itu kesalahan yang 'menyakitkan dan tak terlupakan'. Ia berjanji pemerintahannya akan mengejar kasus ini sampai tuntas.
"Tanggung jawab jatuh lebih dari satu orang, ada yang lainnya juga dan saya ingin isu ini diungkapkan secara jujur," katanya.
Rouhani menambahkan orang yang ditemukan bersalah harus dihukum. Ia mengatakan langkah pemerintah bersedia mengakui pasukan Iran yang menembak jatuh pesawat itu 'langkah pertama yang bagus'.
Pesawat yang menuju Kiev, Ukraina tersebut membawa 167 penumpang dari berbagai negara dan sembilan orang kru pesawat. Berdasarkan data pemerintah dalam pesawat itu ada 82 warga Iran, 57 warga Kanada yang sebagian besar warga Iran-Kanada dan 11 warga Ukraina.
Warga berkerumun di antara puing pesawat Ukraina yang jatuh di Shahedshahr, barat daya ibu kota Teheran, Iran, Rabu (8/1). Pesawat itu membawa 176 penumpang yang jatuh tak lama setelah lepas landas.
Iran menembak jatuh ketika mereka bersiap untuk menghadapi serangan balasan Amerika Serikat (AS). Sebelumnya Teheran menembakan rudal ke pangkalan militer di Irak yang menampung pasukan AS pada 8 Januari.
Tidak ada pasukan AS atau Irak yang tewas dan terluka dalam serangan itu. Serangan tersebut sebagai balasan setelah AS membunuh komandan militer Iran Jenderal Qassem Soleimani di Baghdad 3 Januari lalu.
Pada akhir pekan lalu kepala divisi angkatan udara Garda Revolusi Iran Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan unitnya menerima tanggung jawab sepenuhnya penembakan tersebut. Ia mengatakan ketika ia mengetahui penembakan itu terjadi ia berpikir 'saya harap saya mati'.
Insiden ini meningkatkan pertanyaan mengapa Iran tidak menutup bandara internasional atau ruang udara mereka ketika bersiap menghadapi serangan balasan dari Amerika. Penembakan dan buruknya transparansi di sekitarnya menimbulkan kemarahan rakyat Iran terhadap pemimpin-pemimpin negara itu.
Hari ini peradilan Iran juga mengumumkan penangkapan 30 orang pengunjuk rasa. Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut peradilan Iran mengatakan beberapa orang yang ditahan sudah dibebaskan.
Pada Sabtu lalu Iran menahan Duta Besar Inggris Rob Macaire. Ia mengatakan saat itu sedang menuju acara berkabung korban pesawat Ukraina yang ditembak jatuh. Macaire mengaku langsung meninggalkan lokasi ketika warga mulai bersorak dan melakukan protes.
Menteri Luar Negeri Iran memanggil duta besar Inggris untuk melayangkan protes kehadirannya di unjuk rasa ilegal. Sebagai balasannya Inggris memanggil duta besar Iran 'untuk menunjukkan keberatan kami' atas penahanan akhir pekan, dilansir dari Associated Press.
Rencananya lima negara yang warganya tewas saat menumpangi pesawat Ukraina akan bertemu di London pada Kamis untuk membahas tindakan hukum. Berbicara di sela-sela kunjungan resmi ke Singapura pada Senin (14/1), Menteri Luar Negeri Ukraina Vadim Prystaiko, mengatakan negara-negara yang sedang berduka tersebut akan membahas kompensasi dan penyelidikan atas insiden tersebut.
Jatuhnya pesawat membuat tekanan dunia internasional ke Iran meningkat setelah aksi saling balas negara itu dengan AS. Pemerintah AS dan Pemerintah Kanada yang 57 warganya merupakan penumpang pesawat itu menyalahkan Iran atas insiden tersebut. Pihak Ottawa mengirim pesan ke Iran. "Dunia sedang mengawasi," isi pesan tersebut.
Perdana Menteri (PM) Kanada menuntut keadilan dan tanggung jawab kepada Iran terkait penembakan pesawat Ukraina yang menewaskan semua penumpang. Penembakan tersebut menewaskan 57 warga, sebagian besar dari mereka keturunan Iran.
Tamu memberikan penghormatan di depan foto-foto kru pesawat Ukraine Airlines yang jatuh di dekat Teheran, Iran, Rabu (8/1).
"Anda mungkin merasa kesepian yang tak tertahankan, tetapi Anda tidak sendirian. Seluruh negara mendukung Anda, malam ini, besok, dan di tahun-tahun mendatang," kata Trudeau di hadapan ribuan orang yang berkumpul di Toronto, Ahad (12/1).
Sekitar 2.300 orang pada Ahad berkumpul di Toronto mengenang para korban meninggal dari pesawat Ukraina yang ditembak jatuh di Iran. Foto-foto warga Kanada yang menjadi korban diletakkan di dalam bingkai hitam dan diletakkan di atas panggung.
Foto-foto tersebut ditaruh disamping rangkaian kelopak mawar, lilin, dan piring-piring kurma. "Tragedi ini seharusnya tidak pernah terjadi, dan saya ingin meyakinkan bahwa Anda memiliki dukungan penuh saya selama masa-masa yang sangat sulit ini," ujar Trudeau.
"Kami tidak akan beristirahat sampai ada jawaban," ujar dia.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah meminta Presiden AS Donald Trump untuk mengganti perjanjian nuklir Iran dengan perjanjian barunya sendiri. "Jika kita akan menyingkirkannya, mari kita ganti dengan kesepakatan Trump," kata Johnson tentang kesepakatan pengendalian senjata nuklir 2015 dengan Teheran.
"Itu akan menjadi cara yang bagus untuk maju."
"Saya tidak ingin konflik militer antara kita, Amerika Serikat dan Iran, mari kita hentikan hal ini," kata Johnson, yang dikutip Reuters.
Pada Ahad (12/1), pemimpin dari Inggris, Prancis dan Jerman melalui pernyataan bersama mendesak Iran agar sepenuhnya kembali mematuhi perjanjian nuklir 2015 dengan negara-negara besar dunia. Tiga negara Eropa penandatangan kesepakatan itu berusaha menyelamatkan perjanjian untuk mengekang ambisi nuklir Iran yang mulai goyah ketika Presiden Donald Trump menarik Amerika keluar dari perjanjian itu pada 2018.
Mereka juga meminta agar Iran menahan diri dari kekerasan lebih lanjut. "Kami mendesak Iran untuk menarik semua langkah yang tak sejalan dengan perjanjian tersebut dan kembali mematuhinya secara penuh," demikian disampaikan para pemimpin tiga negara melalui pernyataan, yang dirilis oleh kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron.
"Kami meminta Iran agar menahan diri dari aksi kekerasan atau proliferasi lebih lanjut. Kami juga masih siap untuk terlibat dengan agenda ini bersama Iran demi menjaga stabilitas kawasan," tambahnya.