Rabu 15 Jan 2020 00:37 WIB

Pembentukan Keraton Agung Sejagat Mirip Aliran Kepercayaan

Sosiolog menyebut klaim Keraton Agung Sejagat mirip pembentukan aliran kepercayaan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Keraton Agung Sejagat. Sosiolog menyebut klaim Keraton Agung Sejagat mirip pembentukan aliran kepercayaan. Ilustrasi.
Foto: Tangkapan Layar Youtube.
Keraton Agung Sejagat. Sosiolog menyebut klaim Keraton Agung Sejagat mirip pembentukan aliran kepercayaan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klaim Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah memiliki pola yang sama seperti kelompok yang berusaha membentuk aliran kepercayaan baru. Akan tetapi menggunakan bentuk lain untuk mendapatkan kredibilitas dan menghindari label sesat. Demikian diungkapkan sosiolog Rissalwan Habdy Lubis.

"Ini pendekatannya bukan sosiologis administratif tapi supranatural dan spiritual. Jadi dasar dia mengklaim sebagai kerajaan adalah dia mungkin mendapat insight (wawasan) berupa kekuatan supranatural tertentu atau dia mendapat akses dengan katakanlah sumber-sumber supranatural tertentu katakanlah seperti benda atau kitab," ujar akademisi Universitas Indonesia itu ketika dihubungi di Jakarta pada Selasa (14/1).

Baca Juga

Sebelumnya seorang pria bernama Totok Santosa Hadiningrat asal Kabupaten Purworejo mendirikan keraton yang diberi nama Keraton Agung Sejagat. Keraton itu banyak dibicarakan setelah menggelar acara Wilujengan dan Kirab Budaya. Dalam kelompok itu Totok diberi gelar Sinuwun dengan istrinya dipanggil Kanjeng Ratu.

Menurut informasi, ada sekitar 450 orang yang menjadi pengikut keraton tersebut, yang mengklaim sebagai kekaisaran dunia dan merupakan penerus dari Majapahit. Pola-pola kelompok itu, menurut Rissalwan, mirip dengan pembentukan sekte dan kelompok agama yang menghebohkan Indonesia beberapa waktu lalu.

Rissalwan menyebut pola pembentukan kelompok itu serupa dengan Lia Eden dan Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar yang membentuk aliran kepercayaan baru. "Saya kira ini bentuknya sama seperti sekte keagamaan hanya wujudnya dia buat lebih kepada formal, ada simbol-simbol berupa negara atau kerajaan," ujar dia.

Alasan membungkusnya dengan bentuk formal, tegas Rissalwan, salah satunya adalah untuk mungkin menghindari label sesat dan dikenai tuduhan penistaan agama. Keraton Agung Sejagat, kata dia, bisa jadi mencampur ritual agama dalam upacara-upacara formal yang ada di keraton yang dia dirikan tersebut.

Unsur budaya bisa dilihat dari budaya Jawa yang berusaha direngkuh oleh pendiri kelompok itu. Sedangkan unsur supranatural bisa dilihat dari ketika mengklaim sebagai pemilik kekuasaan tertinggi di dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement