Rabu 15 Jan 2020 07:50 WIB

Presiden Tsai Ing-wen Minta Cina Hormati Taiwan

Presiden Tsai Ing-wen menyebut kedaulatan Taiwan tak dapat diganggu gugat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Foto: AP Photo/Chiang Ying-ying
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIWAN -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, Cina perlu menunjukkan rasa hormat kepada kedaulatan Taiwan. Dia menegaskan bahwa kedaulatan Taiwan tidak dapat diganggu gugat.

"Kami tidak perlu menyatakan diri sebagai negara merdeka," ujar Tsai kepada BBC, Rabu (15/1).

Baca Juga

Tsai kembali terpilih untuk masa jabatan kedua sebagai presiden. Dalam kampanyenya, dia fokus pada meningkatnya ancaman dari Beijing. Sementara itu, Partai Komunis Cina telah lama mengklaim kedaulatan atas Taiwan. Mereka menyatakan memiliki hak untuk mengambil paksa pulau itu.

"Kami sudah menjadi negara merdeka, dan menyebut diri kami Republik Cina, Taiwan," kata Tsai.

Pernyataan Tsai ini membuat Beijing marah. Beijing menginginkan kembalinya prinsip "One China" seperti yang diusung oleh lawan politik Tsai, Han Kuo-yu dari partai Kuomintang. Tsai percaya bahwa kemenangannya adalah bukti konsep One China sudah tidak diminati.

"Karena (selama lebih dari) tiga tahun kami melihat Cina telah mengintensifkan ancamannya, mereka memiliki kapal militer dan pesawat terbang di sekitar pulau. Dan juga, hal-hal yang terjadi di Hong Kong, orang-orang mendapatkan perasaan nyata bahwa ancaman ini nyata dan semakin dan semakin serius," kata Tsai.

Tsai meminta Cina agar membuka mata bahwa keadaannya kini telah berubah. Taiwan telah memiliki identitas yang terpisah. Kini Taiwan memiliki ekonomi yang cukup maju dan menjadi contoh demokrasi yang sukses.

"Kami adalah demokrasi yang sukses, kami memiliki ekonomi yang cukup layak, kami layak mendapat respek dari Cina," ujar Tsai.

Para kritikus menilai, Presiden Tsai tidak perlu bersikap terlalu provokatif karena akan meningkatkan risiko permusuhan secara terbuka dengan Cina. Sementara, Cina menilai langkah Tsai merupakan alasan untuk aksi militer.

Tsai menyadari bahwa sikap kerasnya untuk menjaga kedaulatan Taiwan akan menimbulkan banyak tekanan dari Cina. Tsai mengatakan, dia terbuka untuk melakukan dialog dengan Cina.

"Tetapi (selama) lebih dari tiga tahun, kami telah mengatakan kepada Cina bahwa mempertahankan status quo tetap menjadi kebijakan kami. Saya pikir itu adalah sikap yang sangat bersahabat dengan Cina," ujar Tsai.

Tsai tidak mengesampingkan kemungkinan terjadi perang dengan Cina. Dia mengatakan, Taiwan telah berusaha sangat keras dan melakukan segala upaya untuk memperkuat pertahanannya.

"Menyerang Taiwan adalah sesuatu yang sangat mahal bagi Cina," ujar Tsai. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement