REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Banten, menimbulkan kerugian pada masyarakat yang mengembangkan budi daya ikan tawar. Mereka mengalami kerugian Rp 888,42 juta.
Kepala Bidang Pengelolaan Pembudidayaan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Winda Triana mengatakan, kerugian budi daya ikan milik masyarakat dipastikan bertambah karena belum semua dilakukan pendataan. Saat ini, sejumlah lokasi bencana banjir bandang dan longsor belum terjangkau oleh petugas pendataan di lapangan.
Sebab, ada beberapa lokasi yang sulit ditembus akibat jembatan terputus dan banyak lumpur serta rawan longsor. Apalagi, saat ini di wilayah itu curah hujan tinggi, sehingga petugas di lapangan kesulitan untuk melakukan pendataan.
Menurut dia, saat ini, kerugian budi daya ikan tawar baru diketahui di Kecamatan Cipanas yakni Desa Sipayung,Talaga Hiang,Cipanas, Sukasari, Bintangresmi, Haur Gajrug, Bintangsari dan Luhur Jaya. Areal luas budi daya ikan di daerah itu seluas 8.362 meter persegi atau 481 unit keramba tanah tembok.
Masyarakat mengembangkan budi daya ikan tawar itu jenis emas, nila dan lele di Kecamatan Cipanas hingga kerugian mencapai Rp 747.416.500.
Sedangkan, kata dia, di Kecamatan Lebak Gedong hanya baru diketahui Desa Banjarsari seluas 2.875 meter persegi dengan kerugian mencapai Rp 120 juta. "Budi daya ikan itu juga di antaranya ada yang menerima bantuan pemerintah daerah juga ada swadaya," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, pihaknya akan mengalokasikan bantuan budi daya ikan tawar itu pada tahun 2021 akibat keterbatasan dana APBD setempat. Namun, kata dia, tidak tertutup kemungkinan tahun 2020 juga ada bantuan dari kementerian.
Penyaluran bantuan benih ikan pada 2020 dipastikan yang menjadi skala prioritas untuk pengembangan budi daya ikan tersebut.
"Kami berharap semua masyarakat yang terdampak bencana alam mendapat bantuan benih ikan agar mereka bisa kembali membudidayakan ikan tawar," kata Winda.