Rabu 15 Jan 2020 14:22 WIB

HRW Kecam China atas Kondisi Buruk Muslim Uighur

HRW mendeskrisikan serangkaian kekejaman Beijing pada Uighur dalam laporan tahunan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, berolahraga di lapangan voli pelataran asrama, Jumat (3/1/2019).
Foto: ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, berolahraga di lapangan voli pelataran asrama, Jumat (3/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Human Rights Watch (HRW) mengecam kondisi yang ia sebut sebagai "mimpi buruk" bagi warga etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya di China. Hal itu dia katakan dalam laporan tahunan yang tercatat tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan di seluruh dunia.

Direktur Eksekutif HRW Kenneth Roth mendeskripsikan serangkaian kekejaman yang dilakukan oleh Beijing terhadap anggota kelompok Muslim Turki di wilayah barat Xinjiang Cina. Selain itu, dia menyinggung pelanggaran batas serius oleh pihak berwenang atas kebebasan terbatas Hong Kong.

Baca Juga

"Beijing telah lama menekan para kritikus dalam negeri," ujar Roth seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu (15/1).

"Kini pemerintah China tengah mencoba memperluas sensor itu ke seluruh dunia. Untuk melindungi masa depan semua orang, pemerintah perlu bertindak bersama untuk menentang serangan Beijing terhadap sistem hak asasi manusia internasional," ujanrya menambahkan.

Roth berbicara di New York setelah sebelumnya ditolak masuk ke Hong Kong Ahad, di mana ia dijadwalkan untuk meluncurkan laporan yang mencakup pelanggaran di seluruh dunia tetapi berfokus pada otoritas China.

Pakar dan juru kampanye PBB mengatakan, bahwa sekitar 1 juta warga Uighur dan minoritas lainnya, sebagian besar Muslim, telah dikurung di Xinjiang. Hal itu diangkat sebagai tindakan keras yang telah dilaporkan oleh AS, negara-negara Eropa, dan lainnya.

Pemerintah China telah berulang kali mengatakan kamp-kampnya menawarkan pendidikan dan pelatihan sukarela untuk membantu memberantas ekstremisme. Menurut Roth, tindakan keras Beijing terhadap warga Uighur dan pengunjuk rasa di Hong Kong dimungkinkan oleh pembangunan negara pengintai yang luas.

Ia kemudian mendesak para pemimpin asing dan organisasi internasional untuk lebih menekan pemerintah China. "Kecuali jika kita ingin kembali ke era di mana orang digadaikan untuk dimanipulasi atau dibuang sesuai dengan keinginan tuannya, kita harus menahan serangan Beijing terhadap hak-hak kita," kata Roth. "Dekade kemajuan hak, dan masa depan kita, dipertaruhkan," tegasnya.

Sebanyak 652 halaman World Report 2020 mengulas praktik-praktik hak asasi manusia di sekitar 100 negara. Para peneliti juga membidik aksi pasukan Suriah dan Rusia yang bertempur di Suriah dan serangan koalisi pimpinan Saudi terhadap warga sipil di Yaman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement