Rabu 15 Jan 2020 21:35 WIB

Pengamat: China Sengaja Pancing Indonesia Fokus ke Natuna

China memancing Indonesia fokus ke Natuna sehingga perairan lain tidak terawasi.

KRI Tjiptadi-381 (kanan) dan KRI Teuku Umar-385 (kiri) mengikuti sailing pass di Laut Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (15/1/2020).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
KRI Tjiptadi-381 (kanan) dan KRI Teuku Umar-385 (kiri) mengikuti sailing pass di Laut Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (15/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pertahanan yang juga Direktur Eksekutif Institute Kajian Pertahanan dan Intelijen Indonesia (IKAPII), Fauka Noor Farid, menyebutkan China sengaja memancing Indonesia untuk mengerahkan sebanyak-banyaknya kapal pengawas, kapal pengintai, hingga kapal perang yang dimiliki ke Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu. Tujuannya, agar Indonesia hanya fokus pada Natuna.

"Ini strategi China justru memancing kita, memberikan peluang kepada daerah-daerah yang lain lepas dari pengawasan angkatan laut. Menurut saya kita jangan sampai terfokus ke situ (Natuna)," kata Fauka dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (15/1).

Baca Juga

Menurut Fauka, langkah China yang menambah keberadaan kapal nelayan dan coast guard diduga kuat memang sebagai salah satu bentuk pengalihan perhatian. Karena dengan kondisi demikian, Indonesia akan menambah kapal perang dari angkatan laut maupun Bakamla.

"Dengan menambah kapal perang kita dari Bakamla, ada daerah-daerah yang terlepas dari pengawasan. Berarti ada peluang. Misalnya dari KRI apa yang mengawasi wilayah selatan, semua ditarik fokus ke Natuna," ucapnya.

Dengan penambahan kapal pengawas oleh Indonesia, berarti ada wilayah yang terlepas dari pengawasan. Kondisi ini berbahaya karena memberikan peluang bentuk kejahatan perairan lainnya seperti penyelundupan narkotika, manusia, atau kejahatan lintas negara lainnya.

Fauka juga menilai, hingga saat ini belum ada tanda-tanda keseriusan China untuk melarang seluruh nelayannya agar tidak memasuki wilayah ZEE perairan Natuna. Bahkan, sejak kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) disinyalir nelayan China beserta coast guard yang mendampingi semakin banyak.

"China menambah kapal-kapal nelayan untuk masuk wilayah. Kalau enggak salah ada 34 atau 43 kapal nelayan. Ditambah enam coast guard," kata Fauka.

Menurut Fauka, negara-negara di wilayah ASEAN harus membentuk wadah gabungan militer berupa Komando Gabungan Asia Tenggara.

"Tugasnya menjaga batas wilayah daripada negara Asean, kedua semakin memperkuat Asean terhadap intervensi negara seperti China atau negara lain," tuturnya.

Perlu diakui kekuatan militer Indonesia yang berada di urutan ke-16 di dunia atau negara lain di ASEAN tak sebanding dengan daya tempur China. Namun bila seluruh negara ASEAN menggabungkan kekuatan militer, Fauka menilai China bakal berpikir dua kali sebelum bersikap.

"Kalau kita bergabung kita akan menjadi satu kekuatan yang mungkin menjadi satu pertimbangan bagi China untuk mengganggu wilayah ASEAN," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyampaikan, bahwa pemerintah tidak akan terpancing dengan ketegangan di Perairan Natuna. Menurutnya, potensi ikan lestari di Natuna yang masuk dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 711 tersebut tergolong sedikit bila dibandingkan dengan 10 WPP lain di Indonesia. Pemerintah memprediksi, potensi ikan lestari di Perairan Natuna sebesar 700 ribu ton.

Berdasarkan kondisi tersebut, Edhy menilai bahwa fokus pengembangan perikanan tak hanya terfokus di Natuna saja. Meski pengamanan di Natuna tetap dilakukan, pemerintah tetap melanjutkan pengembangan perikanan tangkap di 10 WPP lain dengan potensi ikan lestari yang lebih besar.

"Presiden juga tanya tentang Natuna. Saya sampaikan ini kan WPP 711 di mana sebenarnya potensi lautnya kan hanya 700 ribu (ton). Masih 10 WPP lain. Natuna termasuk paling kecil potensi ikannya. Makanya kita juga perlu fokus di ZEE yang lain. Jangan terlalu terpancing di sini," kata Edhy usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (14/1).

photo
Pelanggaran China di Natuna

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement