REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu warga negara Indonesia (WNI) sandera terakhir kelompok Abu Sayyaf (ASG) berhasil dibebaskan pada Rabu (15/1) pukul 18.45 waktu setempat. Militer Filipina menyelamatkan WNI tersebut yang bernama Muhammad Farhan (27 tahun) di Baranggay Bato, Indanan Sulu.
"Farhan telah menjalani pemeriksaan kesehatan kini di Rumah Sakit Westmincom, Zamboanga dan dinyatakan sehat," ujar pernyataan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima Republika.co.id, Kamis (16/1).
Farhan kemudian akan diserahterimakan dari Otoritas Filipina kepada KBRI Manila. Farhan juga akan segera dipulangkan ke Indonesia.
"Operasi tempur dan intelijen intensif yang diluncurkan oleh militer membuahkan penyelamatan," kata juru bicara militir Filipina Mayor Arvin Encinas dilansir Daily Express. "Pasukan di darat menerima informasi dari penduduk setempat tentang keberadaan Farhan sehingga bisa diselamatkan," ujarnya menambahkan.
Farhan merupakan salah satu dari tiga WNI yang diculik di perairan Tambisan, Lahad Datu, Malaysia sejak 23 September 2019. Dua sandera lain, Maharudi dan Saimin telah dibebaskan pada 22 Desember 2019 lalu. Keduanya sudah kembali ke Indonesia. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyerahkan kedua WNI tersebut langsung kepada keluarga mereka pada 26 Desember.
"Dengan bebasnya Farhan, maka saat ini seluruh WNI yang disandera Abbu Sayyaf telah berhasil dibebaskan," kata Kementerian Luar Negeri dalam pernyataannya.
"Pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang baik dari dari Pemeritnah Filipima, termasuk Divisi 11 AFP (Armed Forces of the Philippines) di Sulu dalam upaya pembebasan sandera WNI," tutup pernyataan Kementrerian Luar Negeri.
Sejak kabar penculikan dan penyanderaan WNI di perairan Filipina, langkah diplomasi telah dilakukan. Hal itu mulai dari pembicaraan langsung antara Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte serta Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Filipina.