REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Surabaya menjelaskan, hujan lebat yang membuat sebagian wilayah Surabaya diterjang banjir pada Rabu (15/1), karena pusaran udara yang cukup luas di Kalimantan. Pusaran udara tersebut, menarik angin dari wilayah lain, termasuk Surabaya. Sehingga, angin di Surabaya menjadi tipis dan membuat awan lebih cepat terbentuk dan menimbulkan hujan deras.
"Ketika terjadi banjir di beberapa wilayah Surabaya, itu kita pantau ada sirkulasi berupa EDDY (kekacauan udara yang membentuk pusaran udara) di wilayah Kalimantan. Hal itu memicu konvergensi atau daerah pumpungan angin di Jawa Timur terutama Surabaya, sehingga terjadi hujan yang cukup lebat," kata prakirawan cuaca BMKG Tanjung Perak, Arrizal Rahman di Surabaya, Kamis (16/1).
Namun, lanjut Arrizal, EDDY tersebut dengan cepat hilang seiring rotasi bumi dan panasnya matahari. Rizzal mengatakan, saat ini Jawa Timur akan memasuki puncak musim penghujan. Diprediksi, puncak musim hujan terjadi pada akhir Januari hingga bulan pertengahan Februari 2020.
"Tapi untuk hari ini, wilayah Jatim, utamanya Surabaya, berangin karena lintasan udara yang lurus menimbulkan angin. Sehingga, cuaca akan cerah dan berawan," ujar Rizzal.
Rizzal juga memprediksi, untuk beberapa hari ke depan, pusaran udara itu tidak akan ada dan diganti dengan adanya pusaran tekanan rendah atau siklon tropis. Siklon tropis ini akan terjadi di wilayah selatan Jawa, atau di Semudera Hindia, tepatnya sebelah barat Australia.
"Hal ini memicu kondisi di wilayah Jawa Timur akan cenderung cerah berawan. Jadi kondisi cuaca dua hari kedepan akan berawan. Walau diprediksi cerah berawan, tidak menutup kemungkinan juga bisa terjadi hujan. Namun, hujar tersebut hanya hujan lokal," ujar Rizzal.
Hujan deras mengguyur Kota Surabaya pafa Rabu (15/1) sore. Hujan deras ini sempat mengakibatkan banjir di beberapa titik, salah satunya kawasan Ruko Darmo Park II. Namun, dalam waktu sekitar dua jam, banjir pun kembali surut.