Jumat 17 Jan 2020 07:14 WIB

Guatemala Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Venezuela

Guatemala juga akan menutup kedutaannya di Venezuela.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolanda
Presiden terpilih Guatemala, Alejandro Giammattei.
Foto: AP Photo/Oliver de Ros
Presiden terpilih Guatemala, Alejandro Giammattei.

REPUBLIKA.CO.ID, GUATEMALA CITY -- Presiden Guatemala Giammattei mengatakan negaranya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Venezuela. Keputusan itu diduga diambil karena dia enggan mengakui pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. 

"Kami telah memerintahkan menteri luar negeri, satu-satunya orang yang tersisa di kedutaan di Venezuela kembali, dan kami benar-benar mengakhiri hubungan dengan Pemerintah Venezuela. Kami akan menutup kedutaan," kata Giammattei pada Kamis (16/1). 

Pada November tahun lalu, Giammattei memang telah mengutarakan niatnya untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Venezuela. Kala itu dia mengatakan pemerintahannya lebih memilih mengakui Juan Guaido sebagai pemimpin Venezuela daripada Maduro. Guaido adalah pemimpin oposisi di negara tersebut.

"Saya pikir ini hal yang benar untuk dilakukan (mengakui Guaido sebagai pemimpin Venezuela). Ada pemerintahan (negara Amerika Selatan) lainnya yang akan melakukan hal serupa," ujar Giammattei tanpa menjelaskan lebih detail. 

Sejak Januari 2019, Venezuela telah dibekap krisis politik. Saat itu, ribuan warga di sana turun ke jalan dan menyerukan agar Maduro mundur dari jabatannya. Krisis ekonomi dan hiperinflasi menjadi alasan utama yang memicu aksi tersebut. 

Di tengah-tengah momen demikian, Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela. Langkahnya memperoleh dukungan dari Amerika Serikat (AS). Washington memang tak menjalin hubungan baik dengan Maduro.

Berlanjutnya krisis membuat sejumlah negara, termasuk Uni Eropa, menyerukan agar Venezuela menggelar pemilu ulang. Namun gagasan tersebut ditentang oleh Maduro. Penolakan tersebut akhirnya membuat banyak negara Eropa mendukung kepemimpinan Guaido. Israel dan Australia pun mengambil langkah serupa dengan AS dan Eropa. 

Sementara beberapa negara lain seperti Rusia, Kuba, Cina, dan Turki, mengambil langkah berseberangan. Mereka memilih mendukung pemerintahan Maduro. Dalam pandangan mereka, krisis politik di Venezuela harus diselesaikan secara internal tanpa intervensi asing. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement