REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Sebuah pulau di Bangladesh siap menampung 100 ribu pengungsi Rohingya. Pejabat Bangladesh menyatakan, meski telah ada tempat namun belum ada ada tanggal pasti untuk memulai pemindahan pengungsi dari kamp-kamp di perbatasan negara itu dengan Myanmar.
Pejabat itu menjelaskan tanggul perlindungan banjir, rumah, rumah sakit, dan masjid telah dibangun di Bhasan Char atau pulau terapung di Teluk Bengal. "Bhasan Char siap huni. Semuanya telah disiapkan di sana," kata Komisaris Bantuan dan Repatriasi Pengungsi Bangladesh Mahbub Alam Talukder, Kamis (16/1).
Pulau ini dibangun untuk menampung 100 ribu orang. Jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari jutaan Muslim Rohingya yang melarikan diri dari gelombang penganiayaan kejam di Myanmar. Hingga saat ini, media asing belum bisa mengunjungi pulau yang telah disediakan itu.
Jurnalis lepas Bangladesh Saleh Noman baru-baru ini berkunjung ke pulau tersebut. Dia menggambarkan sebuah komunitas yang muncul di sana. "Saya melihat pasar dengan sekitar 10 toko kelontong dan warung teh pinggir jalan. Beberapa menjual ikan dan sayuran. Semua diatur di sana dengan sistem tenaga surya dan jalur pasokan air," katanya.
Kontraktor pembangunan Pulau Bhasan Char menyatakan mereka membangun infrastruktur berkualitas. Bahkan menurutnya, desa-desa lain di Bangladesh belum pernah melihat pekerjaan sebagus ini karena seperti proyek kota modern.
“Kami telah membangun rumah beton multi keluarga, rumah sakit, masjid, sekolah, taman bermain, dan jalan. Ada fasilitas tenaga surya, sistem pasokan air. Kami membangun gedung beton bertingkat yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung topan. Banyak pohon telah ditanam," katanya.
Bangladesh adalah negara dataran rendah dengan jarak ke pulau itu 34 kilometer. Pulau ini muncul 20 tahun yang lalu dan tidak pernah dihuni. Angkatan Laut Bangladesh telah menerapkan rencana jutaan dolar untuk mendukung pulau yang terendam selama berbulan-bulan selama musim hujan itu.
Badan-badan bantuan internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan keras menentang rencana relokasi sejak pertama kali diusulkan pada 2015 silam. Penentangan ini muncul karena kekhawatiran badai besar dapat membanjiri pulau itu dan membahayakan ribuan jiwa.
Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi di Bangladesh, Mostofa Mohamamd Sazzad Hossain, mengatakan badan tersebut tidak siap untuk mendukung relokasi. Dia sedang menunggu kesempatan untuk mengunjungi pulau itu setelah perjalanan November dibatalkan.
"PBB telah menekankan pentingnya melakukan penilaian teknis dan perlindungan yang independen dan menyeluruh yang mempertimbangkan masalah keselamatan, keberlanjutan, dan perlindungan sebelum relokasi apa pun yang terjadi. Proses penilaian harus mencakup kunjungan di tempat ke Bhasan Char," kata Hossain.
Kamp-kamp pengungsi saat ini berada di dekat kota pantai Cox's Bazar yang penuh sesak dan tidak higienis. Penyakit, kejahatan terorganisir merajalela, pendidikan terbatas, dan pengungsi tidak diizinkan bekerja.
Pejabat pemerintah tidak memiliki perkiraan berapa banyak pengungsi yang mau dipindahkan ke pulau itu. Sekitar 700 ribu orang datang ke perbatasan Bangladesh dan Myanmar setelah Agustus 2017.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina telah berulang kali mengatakan kepada PBB dan mitra internasional lainnya untuk berkonsultasi sebelum membuat keputusan akhir tentang relokasi. Dia menjanjikan tidak ada pengungsi yang akan dipaksa untuk pindah.