REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Meksiko dan Amerika Serikat (AS) telah menyetujui rencana untuk memerangi perdagangan gelap senjata, obat-obatan, dan uang pada Kamis (16/1). Keputusan ini didapatkan setelah pertemuan antara Jaksa Agung AS William Barr dan pejabat tinggi Meksiko.
Kementerian Luar Negeri Meksiko menyatakan, kedua negara tetangga juga sepakat untuk bekerja sama dalam langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi obat dan memerangi kecanduan. "Sejumlah kemajuan dalam masalah perdagangan senjata dibahas dengan tujuan menganalisis bagaimana menerapkan operasi dengan teknologi non-intrusif di titik-titik utama perbatasan untuk menghentikan pergerakan senjata dan amunisi ke negara kita," katanya.
Pada November, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menunjuk kartel narkoba Meksiko sebagai kelompok teroris. Hal ini terjadi setelah serangkaian kekacauan keamanan, termasuk pembunuhan sembilan wanita dan anak-anak warga AS-Meksiko di Meksiko utara.
Ancaman yang diberikan Trump mendorong permintaan Meksiko melakukan pembicaraan yang lebih mendesak. Barr pun melakukan kunjungan awal ke negara itu bulan lalu dan menunjukan suasana keamanan yang semakin perlu diperhatikan.
Meksiko telah menyiapkan paket reformasi peradilan yang dapat memungkinkan hasil penyadapan digunakan sebagai bukti di pengadilan. Reformasi ini pun akan mendorong langkah-langkah untuk membatasi tantangan hukum untuk menghindari keterlambatan ekstradisi bagi tersangka kriminal.
Reformasi semacam itu dapat memfasilitasi kerja sama keamanan antara Meksiko dan AS. Terlebih lagi, sebelumnya Trump telah menekan Presiden Meksiko Lopez Obrador memperketat keamanan perbatasan untuk membendung aliran migran ke utara dari Amerika Tengah.