Jumat 17 Jan 2020 21:58 WIB

Ini Penyebab Banjir Bandang di Malalo

Banjir bandang terjadi karena adanya tumpukan genangan air di Sungai Ampu

Rep: Febrian Fachri/ Red: Esthi Maharani
Kondisi Jorong Tanjuang Sawah Nagari Padang Laweh Malalo kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar usai dilanda banjir bandang pada Jum
Foto: Republika/Febrian Fachri
Kondisi Jorong Tanjuang Sawah Nagari Padang Laweh Malalo kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar usai dilanda banjir bandang pada Jum

REPUBLIKA.CO.ID, MALALO- Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat Rumainur mengatakan penyebab banjir bandang di Kondisi Jorong Tanjuang Sawah Nagari Padang Laweh Malalo kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat disebabkan adanya tumpukan genangan air di Sungai Ampu atau Sungai Muaro Buluh di lereng Bukit Patah Gigi yang mengarah ke Danau Singkarak.

Rumainur menyebut curah hujan begitu tinggi di Kabupaten Tanah Datar dan sekitarnya menyebabkan air di Sungai Buluh menumpuk sehingga membentuk embung dengan dinding yang begitu tipis. Ketika dinding air tidak kuat lagi menahan genangan air, akhirnya jebol dan tumpah. Tumpahan air ini membawa material pasir, tanah, batu dan kayu-kayu besar ke arah pemukiman warga di Nagari Padang Laweh Malalo. Sehingga banjir bandang yang terjadi pada pukul 05.00 WIB, Jumat (17/1) itu mengakibatkan 12 unit bangunan rusak.

"Karena hujan dengan intensitas tinggi, embung air itu tumpah dan membawa pasir, batu, kayu tebangan dan kayu yang tumbang sampai ke pemukiman masyarakat dan ke Danau Singkarak," kata Rumainur kepada Republika di Nagari Padang Laweh Malalo.

Banjir bandang di Malalo ini mengakibatkan 4 rumah warga rusak berat, 3 rumah rusak ringan, satu unit bangunan bengkel, satu warung, toko perabot, dan kantor PDAM  rusak berat. Selain itu banjir bandang, juga menyeret mobil satu unit mobil honda freed, satu unit sepeda motor, puluhan ekor ternak warga hanyut terbawa sampai ke danau.

Hingga sore ini, tim dari BPBD masih berupaya membersihkan akses jalan yang terputus sekitar 400 meter. Tim BPBD, relawan dan warga juga sudah mulai gotong royong membersihkan rumah warga yang masih terendam material longsor.

Rumainur menyebut Pemerintah Provinsi Sumatera Barat masih menetapkan masa status siaga darurat bencana sampai 28 Februari mendatang. Ia berharap semua warga terutama yang berada di lokasi rawan bencana agar selalu waspada dan segera mengevakuasi diri begitu kondisi hujan terjadi  dalam durasi yang cukup lama.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement