Sabtu 18 Jan 2020 09:20 WIB

Petani Ragu Sleman Bisa Stabilkan Harga Cabai Rawit

Harga cabai rawit di Sleman sudah mencapai rp 70 ribu per kilogram.

Cabai rawit. Petani ragu Sleman bisa menstabilkan harga cabai rawit lewat mekanisme pasar lelang.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Cabai rawit. Petani ragu Sleman bisa menstabilkan harga cabai rawit lewat mekanisme pasar lelang.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta berusaha untuk menstabilkan harga cabai rawit di pasaran. Saat ini, harganya sudah menembus Rp 70 ribu per kilogram.

"Kami akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman untuk stabilkan harga cabai ini," kata Kepala Disperindag Kabupaten Sleman Mae Rusmi Suryaningsih di Sleman, Sabtu.

Baca Juga

Menurut Mae, salah satu upaya untuk membantu mengendalikan laju kenaikan harga di antaranya ialah dengan mengoptimalkan pasar lelang cabai yang ada di Sleman. Dengan lelang, permainan harga oleh spekulan atau tengkulak bisa terhindarkan.

Mae mengatakan, selain itu pihaknya juga akan mengupayakan adanya operasi pasar cabai rawit jika kenaikan harga sudah terlalu tinggi dan stok terbatas. Menurutnya, stok cabai di Sleman masih mencukupi hingga beberapa waktu ke depan.

"Selain itu, kemarin ada juga instruksi dari Kementerian Perdagangan agar masyarakat menggunakan cabai bubuk untuk membantu mengurangi kebutuhan cabai segar," katanya.

Pedagang cabai di Pasar Sleman Marginingsih mengatakan, saat ini harga cabai rawit tembus Rp 70 ribu per kilogram untuk eceran dan Rp 65 ribu untuk borongan. Sebelumnya, harga cabai berada pada kisaran Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram.

"Harga cabai rawit naik cukup tinggi," katanya.

Menurut dia, dari informasi yang diperolehnya harga naik karena jumlah panen cabai hanya sedikit karena terkena serangan penyakit patek jamur serta serangga. Ia mengungkapkan, kenaikan harga cabai biasa terjadi saat musim hujan.

Ia mengatakan, kemungkinan harga cabai masih bisa ada kenaiakn hingga Rp 90 ribu per kilogram. Hal itu bisa terjadi karena permintaan cabai rawit di pasaran selalu tinggi.

"Pembeli tidak ada penurunan, masih stabil karena banyak masakan yang membutuhkan cabai rawit segar," katanya.

Salah satu petani cabai di Kecamatan Pakem Ning Turseno mengatakan, pada musim hujan memang banyak tanaman cabai yang gagal karena serangan hama dan jamur Patek yang berwarna pautih. Akibatnya tanaman cabai tidak bisa berbuah optimal, sehingga hasil panen juga berkurang banyak.

Ning mengatakan, harga cabai di pasaran saat ini terus naik dan ini sebenarnya menjadi keuntungan bagi petani cabai untuk mendapatkan hasil yang besar. Harga cabai rawit dari petani berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 55 ribu per kilogram.

Menurut Ning, rencana pasar lelang cabai untuk mengendalikan harga di pasaran tidak akan bisa berjalan dengan mulus. Dengan harga cabai yang sedang tinggi, maka petani akan memilih menjual di luar pasar lelang dengan harga yang lebih tinggi.

"Sedangkan untuk operasi pasar juga akan sulit, karena nantinya cabai tersebut akan didatangkan dari mana? Karena kenaikan harga cabai terjadi merata di seluruh wilayah," katanya.

Ning mengatakan, cabai berbeda dengan beras atau bawang. Untuk kedua komoditas tersebut, Bulog bisa melakukan penyimpanan persediaan dari hasil panen masyarakat saat panen raya.

"Kalau cabai ini kan sifatnya cepat busuk, sehingga tidak bisa disimpan terlalu lama. Harus segera dipasarkan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement