REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lusinan pemrotes memblokir pintu masuk ke Museum Louvre dan memaksa tempat tersebut tutup pada Jumat (17/1). Demonstrasi ini dilakukan untuk mengecam rencana pemerintah Prancis merombak sistem pensiun.
Para pengunjuk rasa yang termasuk beberapa karyawan Museum Louvre menggelar demonstrasi menentang pengajuan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Beberapa serikat pekerja sayap kiri meminta tindakan publik untuk menentang penurunan dana pensiun.
Pameran Museum Leonardo da Vinci yang menandai peringatan 500 tahun kematian pelukis asal Italia harus ditutup. Beberapa pemrotes meneriakkan, "Mona Lisa mogok, Leonardo mogok".
Langkah ini menjadi pertama kalinya sejak pemogokan kereta api dan protes terhadap perbaikan pensiun dimulai pada 5 Desember. Louvre dan pameran Leonardo ditutup sepenuhnya. Beberapa video di media sosial menunjukkan pengunjung yang marah mencemooh pengunjuk rasa.
Gerhard Jehle wisatawan dari Jerman telah membeli tiketnya lebih dahulu. Dia mengaku tidak mendapat informasi yang cukup tentang sejauh mana pemogokan akan terjadi dan memengaruhi Paris. "Saya tidak mengerti bagaimana ini terjadi. Transportasi umum tidak berfungsi. Serikat pekerja harus diawasi dengan lebih ketat," kata Jehle.
Meski mendapatkan kecaman dari beberapa wisatawan, ada pula yang memaklumi keputusan demonstrasi yang menutup museum. "Saya pikir tidak apa-apa jika mereka ingin protes tetapi mereka tidak boleh menghalangi rencana orang-orang yang terbang ke sini untuk melihat pameran Leonardo," kata Ben Garrett dari Texas, Amerika Serikat.
Warga Argentina Marcelo Campano yang juga telah membeli tiket memahami tuntutan pekerja untuk menghadapi pemerintah. "Neoliberal. Jadi kami akan menunjukkan solidaritas dan kembali lagi di lain hari," ujarnya menggambarkan pemerintahan Prancis saat ini.
Pekan-pekan pemogokan dan protes telah menghambat transportasi umum dan mengganggu sekolah, rumah sakit, gedung pengadilan, dan bahkan gedung opera serta menara Eiffel. Kerugian besar pun terjadi di mana-mana, termasuk transportasi.
Kantor perdana menteri mengatakan pada awal pekan bahwa otoritas kereta SNCF dan RATP, yang mengoperasikan angkutan umum, telah kehilangan lebih dari satu miliar euro sejak awal pemogokan. Kereta paling menderita karena kehilangan 850 juta euro.