REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah warga Kabupaten Lebak, Banten menggunakan perahu karet pascabencana banjir bandang dan longsor yang terjadi pada 1 Januari lalu untuk menghubungkan antardesa. Bencana banjir dan longsor mengakibatkan jembatan gantung yang mengubungkan antardesa di Lebak putus.
"Kami untuk pergi ke Pasar Rangkasbitung naik perahu karet setelah jembatan gantung hanyut diterjang banjir bandang dan longsor," kata Amin, seorang warga Desa Sukarame Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Sabtu (18/1).
Masyarakat di sini, lanjut dia, tentu harus menggunakan perahu karet karena jembatan gantung satu-satunya yang menghubungkan antardesa hanyut diterjang banjir bandang dan longsor.
Akibat jembatan gantung hanyut tentu kegiatan ekonomi masyarakat setempat terganggu, sedangkan penduduk yang tinggal di sejumlah permukiman Desa Sukarame cukup banyak.Bahkan, ratusan orang per hari melintasi jembatan gantung tersebut.
Oleh karena itu, kegiatan ekonomi masyarakat cukup berdampak pascabencana banjir bandang dan longsor. "Kami sebagai pedagang kini relatif terbatas untuk berbelanja kebutuhan bahan pokok maupun kebutuhan lainnya karena melintas dengan perahu karet," kata Amin.
Begitu juga Ujang, seorang warga Nganceng Kecamatan Sajira mengaku bahwa dirinya kini menggunakan perahu karet dari bantuan BNPB dan BNI untuk menyeberang ke desa lainnya.
Masyarakat di sini jika berpergian ke Kota Rangkasbitung menggunakan perahu karet untuk menyeberang Sungai Ciberang setelah jembatan gantung putus akibat diterjang banjir bandang dan longsor.
"Kami merasa takut jika menyeberang menggunakan perahu karena khawatir terjadi banjir bandang susulan," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Lebak Maman Suparman mengatakan berdasarkan hasil di lapangan kerusakan jembatan tersebut tercatat 28 unit di antaranya jembatan permanen, semi permanen dan jembatan gantung dengan kerugian Rp56 miliar.
Kerusakan jembatan itu tersebar di Kecamatan Lebak Gedong, Sajira, Cipana, Maja, Curug Bitung dan Cimarga. Akibat kerusakan jembatan tersebut hingga kini aktivitas ekonomi masyarakat lumpuh, karena tidak bisa dilintasi angkutan roda dua dan roda empat yang menghubungkan antarkecamatan dan antardesa.
"Kami dalam waktu dekat ini akan merealisasikan pembangunan jembatan yang terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor," kata Maman.