REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan Pintu Air Manggarai tidak hanya penting bagi pengendali lalu lintas air di Jakarta, tetapi juga jadi tempat seru bagi sebagian masyarakat untuk memancing ikan gratis. Kadir (51 tahun) bersama sembilan pria lainnya tampak fokus menunggu umpan pancingannya dilahap oleh ikan di Pintu Air Manggarai.
"Lebih seru lagi kalau banjir, banyak ikan hanyut dari tambak-tambak yang terendam banjir," kata Kadir, Ahad (19/1).
Menurut Kadir, banjir adalah musim panen bagi mereka yang hobi memancing, ditambah lagi mancing di Pintu Air Manggarai gratis tidak dipungut biaya. Ia mengatakan ketika banjir mereka bisa mendapatkan dua sampai tiga kilogram ikan berbagai jenis di Pintu Air Manggarai.
Jenis-jenis ikan yang ditemukan bermacam-macam seperti ikan lele, ikan mas, ikan gabus, ikan patin, dan ikan bakang. "Banjir kemarin saya pernah dapat ikan lele seberat dua kilogram," kata Kadir.
Ikan-ikan yang berhasil dipancing kebanyakan dibawa pulang untuk dimasak bersama keluarga. Lain cerita dengan Herman (58) warga Jatinegara, Jakarta Timur. Ia pernah mendapat ikan lele yang isi perutnya terdapat jari tangan manusia dan perban.
Suasana pintu air Manggarai yang dipenuhi sampah di Jakarta.
"Waktu dibelek isi perutnya ada jari kelingking, ukuran ikannya juga besar sih. Nggak jadi dimakan, terpaksa dibuang," kata Herman.
Namun penemuan tersebut tidak menyurutkan Herman untuk terus memancing setiap akhir pekan karena sudah hobi. Kebanyakan para pemancing di Pintu Air Manggarai menyalurkan hobi mereka memancing. Hasil tangkapan dibawa pulang, bukan untuk dijual lagi.
"Kalau dijual lagi itu mancingnya di kolam pemancingan, kan bayar. Kalau di sini (Manggarai) gratis, jadi lebih ke hobi aja," kata Herman.
Rata-rata para pemancing bisa menghabiskan waktu tiga hingga lima jam untuk memancing. Mereka duduk di pinggiran kali tak jauh dari jembatan, tempat yang banyak ikan berkumpul.
Berbeda dengan suasana di kolam pemancingan dimana para pemancing disediakan tempat duduk atau membawa tempat duduk sendiri dan ada atap berlindung, pemancing di Pintu Air Manggarai duduk dengan alas seadanya. Bahkan ada yang menjadikan helm sebagai tempat duduk saat memancing.
Jika ikan sedang banyak, dalam waktu satu jam sudah ada ikan yang terpancing. Pemancing menggunakan umpan seadanya seperti cacing dan belalang.
"Mancing di Pintu Air Manggarai cukup bermodalkan kopi segelas dan rokok sudah bisa bawa ikan pulang, gratis pula," kata pemancing lainnya.
Menurut Ripaldi (21) petugas Penyedia Jasa Layanan Orang Perorangan atau PJLP dari Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air SDA DKI Jakarta, Pintu Air Manggarai tidak hanya jadi tempat mengatur lalu lintas air dan pembersihan sampah tapi juga jadi tempat warga berkumpul untuk memungut plastik dan juga memancing.
"Kalau musim banjir lebih ramai lagi, biasanya mereka mengambil plastik dan juga mancing, pintu air terbuka untuk warga mana saja," kata Ripaldi.