REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Finalis tunggal putri Daihatsu Indonesia Masters 2020, Carolina Marin, sempat menjadi seorang penari Flamenco. Itu adalah jenis tarian yang sangat popular di kampung halamannnya, Huelva, Spanyol.
Profesi itu dijalani Marin ketika masih kecil. Tak ada dalam pikiran Marin kecil untuk menjadi seorang atlet bulu tangkis seperti sekarang ini. Namun takdir berkata lain, ia kini menjadi salah satu tunggal putri top dunia dengan benyak gelar yang terpajang di lemarinya.
Melalui olahraga tepok bulu angsa ini, Marin turut mengharumkan Negeri Matador di pentas internasional. Salah satunya emas Olimpiade Rio de Janeiro Brasil 2016.
Marin mulai menggeluti dunia badminton sejak usia sembilan tahun. Awal mengenal olahraga ini berasal dari temannya yang bermain badminton. Dari situ, ia tertarik dan jatuh cinta kepada olahraga ini.
Keputusan Marin bergelut di dunia yang tak popular di kampung halamannya itu tak membuatnya berkecil hati. Ia mencoba meyakinkan seluruh orang dekatnya tentang olahraga yang ditekuninya.
“Saya rasa, saya memilih bulu tangkis karena sungguh enjoy untuk bermain di dalamnya,” kata Marin, dalam konferensi pers, di Istora Senayan, Jakarta, pekan lalu.
Selain emas olimpiade, Marin juga mempersembah gelar bergengsi lainnya, yaitu tiga emas Kejuaraan Dunia yaitu pada 2014, 2015, dan 2018. Kemudian empat emas Kejuaraan Eropa dan satu kali perunggu. Pemain 26 tahun itu pernah menduduki ranking satu dunia pada Juli 2016.