Senin 20 Jan 2020 18:07 WIB

Kemenkominfo Tekankan Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan

Stunting ini gagal tumbuh pada balita karena kekurangan gizi kronis atau lama.

Red: Bilal Ramadhan
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof. Dr. Widodo Muktiyo.
Foto: Istimewa
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof. Dr. Widodo Muktiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diharapkan semakin memahami betapa pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan, bagi kualitas anak di kemudian harinya. Masa ini dimulai bahkan sejak umur kehamilan 9 bulan (270 hari), hingga anak berumur 2 tahun (730 hari). Ibu yang mengandung, harus sudah mendapatkan suplai gizi yang baik. Ibu hamil juga harus memeriksakan kandungannya 4 kali selama masa kehamilannya di Bidan/Puskesmas/Posyandu terdekat.

Paska melahirkan, Ibu disarankan untuk melakukan inisiasi dini menyusui (IMD) minimal 1 jam setelah melahirkan. Kemudian bayi disarankan untuk mendapatkan program ASI ekslusif selama 6 bulan. Setelah itu diikuti pemeberian ASI selama 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI (MPASI).

Memonitor perkembangan berat badan anak juga merupakan hal yang penting. Orang tua diharapkan juga dapat menstimulasi tumbuh kembang anaknya. Dengan mengatur jarak kehamilan, kualitas tumbuh kembang anak dapat lebih terjaga.

Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof. Dr. Widodo Muktiyo, menjelaskan Pemerintah sangat serius untuk menjaga kualitas hidup 1.000 hari pertama kehidupan anak. Selain edukasi yang masif, pemerintah juga melakukan intervensi gizi langsung kepada masyarakat.

“Data dari Kementerian Kesehatan di tahun 2018, Pemerintah melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi anak. 796 ribu balita dan 725 ibu hamil telah mendapatkan PMT, PMT untuk ibu hamil dan balita kurus kami fokuskan juga di Papua dan Papua Barat," kata Widodo dalam rilisnya, Senin (20/1).

Kominfo aktif untuk mengedukasi perihal Stunting kepada masyarakat dengan berfokus pada kampanye 1.000 hari pertama kehidupan anak. Hal ini dilakukan karena agar masyarakat lebih mudah memahami dan turut berkontribusi untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.

“Kita akan sosialisasikan mulai dari arti kata stunting, cara mencegahnya, dan dampaknya secara sederhana kepada masyarakat. Ini penting agar masyarakat mudah memahami. Stunting ini gagal tumbuh pada balita karena kekurangan gizi kronis atau lama. Faktor penyebabnya banyak, beberapa diantaranya pola konsumsi dan pola asuh ya itu tadi, 1.000 hari pertama kehidupan salah satunya," jelas Widodo.

Widodo juga berharap masyarakat mengetahui dampak yang diakibatkan dari stunting itu sendiri. “Dampaknya itu, kekerdilan pada tubuh dan perkembangan otak menjadi tidak maksimal," tambahnya.

Widodo menegaskan pemerintah tidak ingin bonus demografi yang terjadi di Indonesia menjadi sia-sia karena tidak adanya generasi unggul yang diakibatkan oleh stunting.

“Perlu diketahui, sampai tahun 2045 Indonesia mengalami bonus demografi, Namun, potensi itu menjadi sia-sia apabila SDM mengalami stunting. Bisa dikatakan jika seorang baduta terkena stunting maka mereka kalah sebelum ikut kompetisi, kan kasihan," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement