Rabu 22 Jan 2020 04:03 WIB

Wisatawan Muslim Makin Peduli Isu Sosial Saat Jalan-Jalan

Tren perempuan Muslim yang bepergian solo sedang berkembang.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Wisatawan Muslim Makin Peduli Isu Sosial Saat Jalan-Jalan.
Foto: Foto: Bangun Anggawijaya
Wisatawan Muslim Makin Peduli Isu Sosial Saat Jalan-Jalan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wisata Muslim kini sering diperbincangkan sebagai pasar yang masih belum dimanfaatkan dengan maksimal. Sektor ini semakin populer dengan pola dan tren yang berbeda.

Dilansir di TTG Asia, Senin (20/1) Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index 2019 menyebut pada 2018 jumlah wisatawan Muslim global mencapai 140 juta orang. Mereka juga memproyeksikan pada 2026, angka ini akan melonjak 64 persen hingga mencapai 230 juta orang.

Baca Juga

Pengeluaran segmen ini juga diperkirakan akan meningkat. Indeks memperkirakan pasar akan menghabiskan  220 juta dolar AS tahun ini. Pada 2026, jumlah ini akan naik 34 persen menjadi 300 juta dolar AS.

Ketika pasar ini tumbuh, para ahli telah mengamati munculnya pola dan tren wisata yang berbeda sehingga meningkatkan minat. CEO Crescent Rating and Halal Trip Fazal Bahardeen mengatakan ada lima faktor yang mempengaruhi perubahan pola dan tren wisata Muslim, diantaranya teknologi, kegiatan sosial, generasi milenial, demografi generasi Z dan alfa, dan lingkungan.

"Untuk perusahaan perjalanan yang melayani pasar Muslim, (tren) ini harus mendorong fase pengembangan produk berikutnya," katanya.

Menyoroti kegiatan sosial, Fazal menjelaskan para pelancong Muslim terutama generasi milenial tidak lagi bepergian hanya untuk bersantai, tetapi juga mencari cara berkontribusi kembali ke masyarakat.

Dalam hal ini, kini Crescent Rating akan bermitra dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengembangkan program tentang kegiatan sosial dalam wisata Muslim, terutama mengenai masalah seperti krisis pengungsi yang sedang berlangsung. Program tersebut akan dirilis tahun ini.

Tren perempuan Muslim yang bepergian solo atau dalam kelompok kecil juga sedang berkembang, dan akan terus tumbuh di masa depan. Co-founder Have Halal Will Travel Mikhail Melvin Goh mengatakan pelancong yang lebih santai cenderung melakukan tur santai. 

Salah satu destinasi yang baru-baru ini diminati adalah kota kecil Gunma di Jepang. Pelancong menghabiskan lebih banyak waktu di kota ini dengan kegiatan yang tidak terlalu banyak.

“Ini meliputi tren perjalanan imersif, tentang kisah yang bisa ditawarkan suatu negara, dan layanan yang dimiliki oleh mereka (keramahan). Sebagai contoh, bisakah resepsionis mengerti dan menawarkan rekomendasi kebutuhan untuk pelancong Muslim?” kata Goh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement