Rabu 22 Jan 2020 04:30 WIB

Makin Banyak Anggota Parlemen Muslim Perempuan di Inggris

Anggota parlemen wanita Inggris lebih banyak dari anggota parlemen pria Muslim.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Makin Banyak Anggota Parlemen Muslim Perempuan di Inggris.
Foto: EPA/Will Oliver
Makin Banyak Anggota Parlemen Muslim Perempuan di Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris kini memiliki anggota parlemen wanita Muslim lebih banyak dibandingkan laki-laki Muslim. Begitu juga jumlah anggota parlemen Muslim yang meningkat dibanding dua tahun lalu.

Dilansir di The News, Senin (20/1), setelah pemilu 12 Desember 2019, jumlah anggota parlemen perempuan sekarang sebanyak 220 anggota. Jumlah ini merupakan rekor baru mengalahkan rekor sebelumnya dari 208 anggota parlemen perempuan yang ditetapkan pada pemilihan umum 2017.

Di Parlemen sebelumnya, setelah pemilihan umum 2017, ada 16 anggota parlemen yang beragama Islam. Dari delapan itu adalah perempuan. Di Parlemen saat ini, jumlah anggota parlemen Muslim 21 orang.

Dari 21 anggota parlemen yang beragama Islam, 11 adalah perempuan. Sebanyak enam dari anggota parlemen Muslim perempuan ini berasal dari Pakistan atau Kashmir, empat berasal dari Bangladesh dan satu memiliki latar belakang Kurdi. 

Sebelum pemilu 12 Desember, Partai Buruh membuat rekor baru dengan memberikan lebih dari 50 persen suara kepada kandidat perempuan dalam pemilihan umum. Dan sekarang setelah pemilihan, Partai Buruh memiliki lebih banyak anggota parlemen perempuan daripada laki-laki. 

Dari 203 anggota buruh yang dipilih, Parlemen 103 adalah perempuan. Sebanyak 20 wanita kandidat memiliki latar belakang Pakistan tetapi hanya enam yang bisa mencapai Westminster. 

Lima dari enam wanita terpilih kembali termasuk Shabana Mahmood, Yasmin Qureshi, Naz Shah, Rosena Allin-Khan dari Partai Buruh. Nusrat Ghani dari Konservatif sementara Zarah Sultana dari Buruh telah dipilih untuk pertama kalinya. Berikut profil keenam wanita Muslim anggota Parlemen Inggris.

Zarah Sultana

Zarah Sultana telah membuat rekor baru dengan menjadi anggota Parlemen Muslim termuda berusia 27 tahun setelah memenangkan persaingan di Coventry South.

Zarah Sultana lahir pada 1992 di Birmingham. Dia berasal dari Kashmir dan sekarang menjadi anggota Parlemen asal Pakistan yang termuda. Dia harus menghadapi pertarungan yang sulit dalam pemilihan dari lawannya yang Konservatif setelah Partai Buruh memberikan tiketnya di Coventry South, kursi yang dipegang oleh Partai Buruh sejak 1960.

Kakek Zarah pindah dari Kashmir dan menetap di Birmingham pada 1960-an.  Selama masa kuliahnya, ia juga terpilih menjadi Dewan Eksekutif NUS (Persatuan Mahasiswa Nasional). Kampanyenya dalam pemilihan didukung oleh berbagai serikat pekerja dan sekelompok pendukung pemimpin buruh, Jeremy Corbyn. Dia memegang rekor Pakistan dan Muslim termuda yang pernah terpilih sebagai anggota parlemen.

Shabana Mahmood

Shabana Mahmood (39 tahun) pertama kali dipilih pada 2010 dari daerah pemilihan Birmingham-Ladywood, yang dianggap sebagai salah satu daerah yang paling miskin di negara ini. Dia adalah salah satu dari tiga wanita beragama Islam pertama yang terpilih sebagai anggota Parlemen dan wanita pertama asal Kashmir. 

Orang tuanya berasal dari Mirpur. Dia seorang pengacara dan lulus hukum dari Lincoln College, Oxford. Dia telah menjabat sebagai menteri dalam negeri bayangan pada tahun 2010, menteri bisnis bayangan pada 2011 dan menteri keuangan bayangan untuk keuangan. 

Setelah pemilu 2015, dia diangkat sebagai kepala sekretaris bayangan untuk perbendaharaan tetapi kemudian mengundurkan diri dari peran itu. Dia telah secara terbuka menentang Jeremy Corbyn selama persaingan kepemimpinan 2016.

Yasmeen Qureshi

Yasmeen Qureshi (59 tahun) lahir di Gujrat dan pindah ke Inggris bersama keluarganya ketika dia baru berusia sembilan tahun. Dia terpilih sebagai anggota parlemen dari Bolton South East pada 2010 atas tiket Partai Buruh. 

Bersama dengan sesama anggota parlemen Buruh, Shabana Mahmood dari Kashmir dan Roshan Ara Ali dari Bengali, Yasmin merupakan anggota parlemen perempuan Muslim pertama. Dia belajar Hukum di universitas dan pengacara yang berkualitas.  Dia telah bekerja di lembaga crown prosecution service dan juga memimpin Misi PBB di Kosovo. 

Yasmin pertama kali muncul dalam pemilihan pada 2005 dari konstituensi Brent East London, tetapi kalah dari Lib Dem, Sarah Teather. Tapi kemudian dianugerahi tiket ke kursi aman Partai Buruh Bolton South-East pada pemilihan 2010. Kursi, yang  telah dimenangkan untuk keempat kalinya dalam banyak pemilihan. Pada 2016, ia diangkat sebagai menteri keadilan bayangan. Dalam pemilihan ini, dia menang lagi dengan mengamankan 21.516 suara. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement