Rabu 22 Jan 2020 01:15 WIB

Resor di Bintan Rugi Miliaran Akibat Limbah Minyak

PT Bintan Beach Internasional Resort rugi hingga Rp 2,3 miliar akibat limbah minyak

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Limbah minyak mentah. PT Bintan Beach Internasional Resort rugi hingga Rp 2,3 miliar akibat limbah minyak. Ilustrasi.
Foto: Dok Sudin LH Kep Seribu
Limbah minyak mentah. PT Bintan Beach Internasional Resort rugi hingga Rp 2,3 miliar akibat limbah minyak. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BINTAN -- PT Bintan Beach Internasional Resort (BBIR) selaku pengelola daerah wisata terpadu Lagoi, Bintan, Kepri mengalami kerugian senilai Rp 2,3 miliar. Kerugian ini diderita akibat pencemaran limbah minyak hitam yang terjadi setiap tahun terutama saat musim utara.

"Kerugian Rp 2,3 miliar itu akumulasi dari seluruh resort di kawasan BBIR," kata General Manager PT BRC, Abdul Wahab, Selasa.

Baca Juga

Menurut Wahab, kerugian tersebut buat mengganti handuk yang terkontaminasi limbah dan pembebasan biaya inap atau pelayanan ekstra bagi tamu/wisatawan yang kecewa akibat kejadian tersebut. Menurutnya, limbah minyak telah mencemari bibir pantai Lagoi sepanjang 105 kilometer terhitung sejak November 2019 hingga Januari 2020 ini.

Dalam kurun waktu tersebut, kata dia, total sudah ada 372 drum limbah minyak yang tertampung. "Memang tidak berdampak besar terhadap kunjungan wisman ke Bintan, namun citra sebagai kawasan resort internasional bisa buruk di mata turis," ujarnya.

Lebih lanjut, Wahab mengaku mendukung ide pemerintah daerah setempat untuk menebar jaring di sepanjang garis pantai terdampak limbah minyak. Upaya itu menurutnya sebagai wujud keseriusan pihak resort bersama-sama pemerintah untuk menghentikan atau paling tidak meminimalisasi cemaran limbah banyak di Bintan.

"Kita akan duduk bersama dengan semua resort dan pemerintah guna membahas penanganan limbah minyak ini lebih lanjut," tuturnya.

Dia turut menambahkan bahwa limbah minyak ini berasal dari pembuangan kapal tanker asing di wilayah OPL atau perairan perbatasan antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Imbasnya, limbah tersebut terbawa arus menuju ke kawasan resort dan pantai di daerah Bintan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement