REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Syarief Hasan meminta agar penjagaan di perbatasan diperketat. Permintaan ini menyusul kelompok Abu Sayyaf kembali menculik lima Warga Negara Indonesia (WNI) di Perairan Malaysia, Kamis (16/1) lalu.
"Kita harap penjagaan diperbatasan bisa lebih ketat lagi lah, tidak boleh terulang, kalau bisa tidak terus terulang," kata Syarief di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (21/1).
Ia menduga alasan kelompok Abu Sayyaf kerap menyasar WNI karena nelayan Indonesia banyak berlayar di perairan di sekitar perbatasan. Ia menilai banyaknya WNI yang kerap jadi korban penculikan bukan karena sikap pemerintah yang tidak tegas.
"Tapi kalau kaya gini terus harus kita tingkatkan lagi," ujarnya.
Kasus hilangnya kapal ikan milik Malaysia berawak delapan WNI di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah terjadi pada tanggal 16 Januari 2020 pukul 20.00 waktu setempat. Dikutip dari keterangan tertulis Kemenlu, konfirmasi didapat ketika kapal ikan dengan nomor registrasi SSK 00543/F terlihat masuk kembali ke perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah dari arah Filipina pada 17 Januari 2020 pukul 21.10 waktu setempat.
"Di dalam kapal terdapat tiga awak kapal WNI yang dilepaskan penculik dan mengkonfirmasi lima awak kapal WNI lainnya dibawa kelompok penculik," tulis Kementerian Luar Negeri dalam keterangannya.
Pemerintah sangat menyesalkan berulangnya kasus penculikan awak kapal WNI di kapal ikan Malaysia di wilayah perairan Sabah. Pemerintah RI akan berkoordinasi dengan Pemerintah Filipina untuk mencari dan membebaskan kelima awak kapal WNI tersebut.
"Untuk mencegah terulangnya kasus penculikan, Pemerintah RI melalui Perwakilan RI di Kota Kinabalu dan Tawau mengimbau awak kapal WNI untuk tidak melaut karena situasi keamanan di perairan Sabah yang belum terjamin," imbau Kemenlu.