REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BUMN Peternakan, PT Berdikari (Persero) menyiapkan rencana bisnis 2020 untuk memperkuat bisnis perunggasan. Pada tahun ini, perseroan akan menggandeng perusahaan swasta untuk kerja sama produksi pakan ternak sekaligus pembukaan kebun jagung sebagai suplai pakan ternak yang diproduksi.
Pelaksana Tugas Direktur Utama Berdikari, Oksan Panggabean, Berdikari telah bisa memproduksi pakan ternak hasil kerja sama dengan PT Pakindo di Jawa Timur dengan kapasitas 15 ribu ton per bulan. Kerja sama tersebut bersifat maklon. Yakni, Berdikari menyiapkan formula pakan, lalu dicetak dan dikemas oleh Pakindo sebagai pemilik pabrik.
Tahun ini, Berdikari tengah melakukan pendekatan dengan PT QL untuk memproduksi pakan ternak di Jawa Barat. "Kenapa kita mulai memproduksi pakan sendiri karena untuk menekan biaya operasional. Ongkos angkut pakan dari Jawa Timur ke Jawa Barat Rp 250 per kg, itu membuat harga pakan tidak kompetitif," kata Oksan saat ditemui di Jakarta, Selasa (21/1).
Oksan menuturkan, rata-rata harga pakan ternak dari produsen saat ini dihargai Rp 7.000 - Rp 7.100 per kg. Jika Berdikari memproduksi pakan sendiri di wilayah tempat budi daya unggas beroperasi, akan menghemat sekitar Rp 500 per kg.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan Berdikari juga akan menjual formula pakan ke perusahaan-perusahaan lain yang membutuhkan.
Adapun rencana perseroan untuk membangun pabrik pakan sendiri direncanakan bakal dieksekusi tahun 2021 mendatang. Sebab, setidaknya untuk membangun satu pabrik pakan unggas dibutuhkan modal sekitar Rp 100 miliar dengan kapasitas 15 ribu ton per bulan.
Tahun ini, Berdikari masih fokus untuk meningkatkan kinerja demi mencetak laba perusahaan yang positif, melanjutkan tren 2018-2019 lalu.
Sementara itu, Berdikari akan melengkapi rantai pasok produksi pakan dengan pendirian kebun jagung seluas 1.000 hektare. Pembukaan kebun jagung itu menggandeng BUMN PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) sebagai pemilik lahan dan PT Sang Hyang Seri (Persero) sebagai penanam jagung. Berdikari bertindak sebagai off taker yang membeli produksi jagung.
Menurut Oksan, pendirian kebun jagung itu sekaligus menyikapi harga jagung yang kerap kali fluktuatif, terutama saat musim tanam. Sementara, perseroan memerlukan stabilisasi harga jagung agar pakan yang diproduksi juga kompetitif.
"Iya, persis (menyikapi harga jagung). Porsi jagung dalam pakan itu 60 persen," ujarnya.
Ditargetkan, produktivitas jagung per hektare berkisar 7-8 ton per hektare dengan harga jagung yang stabil di bawah Rp 5.000 per kg. "Kalau harga jagung meningkat dan ayam hidup dijual dengan harga yang tidak baik, perusahaan juga akan rugi," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, salah satu unit bisnis Berdikari adalah budi daya bibit ayam galur murni atau grand parent stock (GPS) serta budi daya ayam indukan atau parent stock (PS). Sebagai perusahaan produsen unggas, perseroan menilai perlu memperkuat infrastruktur unggas untuk mendukung kelancara operasional bisnis yang kompetitif.
Saat ini, perseroan memiliki dua unit kandang GPS di Pasuruan dan Tasikmalaya dengan kapasitas tampung masing-masing 18 ribu ekor. Adapun untuk PS, Berdikari memiliki tiga unit kandang di Sukabumi, Ciamis, dan Malang dengan kapasitas masing-masing 25 ribu ekor, 90 ribu ekor, dan 100 ribu ekor.